Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Indonesia Masuk Nominasi Indianapolis Prize 2017

Kompas.com - 14/09/2017, 10:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indianapolis Zoo, Amerika Serikat baru saja meliris daftar nominasi untuk penghargaan bergensi di bidang konservasi satwa, Indianapolis Prize, Selasa (12/9/2017) kemarin. Tercatat, Dari 32 finalis tersebut, Dr Suci Utami Atmoko, merupakan satu-satunya perwakilan Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut.

Suci merupakan dosen Fakultas Biologi dan Sekolah Pascasarjana Magister Biologi Universitas Nasional. Dosen ini tergolong aktif melakukan konservasi satwa, khususnya orang utan. Penghargaan itu dia dapatkan tak lepas dari kiprahnya selama 30 tahun di bidang konservasi orang utan.

Para nominator Indiana Prize tersebut dipilih karena dianggap berpengaruh dan memiliki kontribusi nyata terhadap konservasi fauna. Tidak hanya menyelamatkan spesies fauna, namun juga populasi dan ekosistemnya.

"Saya sangat mengapresiasi, karena ini artinya dunia Intenasional mulai melihat peneliti Indonesia. Lebih dari itu, konservasi primata di Indonesia juga semakin bermakna di mata dunia," ujar Suci, Rabu (13/9/2017).

Michael Crowther, Presiden dan CEO Indianapolis Zoo, dalam siaran persnya mengatakan para finalis Indianapolis Prize  2017 ini adalah para konservasionis yang paling penting dan berprestasi di lapangan saat ini.

Para finalis itu dinilai tidak hanya melindungi satwa, namun juga berhasil menciptakan metode konservasi yang sukses untuk menjaga kelangsungan hidup satwa di masa mendatang.

Dr Sri Suci Atmoko adalah dosen biologi Universitas Nasional yang telah menjadi peneliti selama 30 tahun mempelajari reproduksi, populasi dan konservasi spesies orang utan.Dok Sri Suci Atmoko Dr Sri Suci Atmoko adalah dosen biologi Universitas Nasional yang telah menjadi peneliti selama 30 tahun mempelajari reproduksi, populasi dan konservasi spesies orang utan.
"Kami memuji prestasi mereka dan mengajak masyarakat, organisasi, perusahaan dan pemerintah untuk bergabung bersama-sama mereka untuk melakukan konservasi satwa," ujar Crow.

Para finalis itu, lanjut Michael, berasal dari berbagai negara dan lintas benua, yang memfokuskan diri pada satwa unik dan menjadi simbol, dari primata, mamalia laut hingga reptil dan burung.

Tahun ini, Indianapolis Prize membawa lebih banyak koleksi penelitian individual dari ekosistem Asia, termasuk satwa-satwa yang populasinya dalam bahaya, seperti orangutan, macan tutul salju, harimau, dan kukang.

Nantinya, ke-32 finalis ini akan diseleksi kembali menjadi 6 pemenang. Pemenang pertama mendapatkan hadiah utama uang tunai sejumlah 250.000 dolar AS. Sementara itu, lima finalis lainnya masing-masing mendapatkan 10.000 dolar AS.

Berikut 5 dari 32 finalis Indianapolis Prize:

1. Sri Suci Atmoko, Ph.D (Universitas Nasional) – peneliti dengan pengalaman 30 tahun mempelajari reproduksi, populasi dan konservasi spesies orang utan.

2. Purnima Devi Barman, Ph.D. (Aranyak) – Pegiat lingkungan yang fokus pada upaya konservasi adjutant Storks (jenis burung bangau) di India. Ia melakukan kampanye untuk memastikan bangau ini dapat bertahan hidup, mengubah stigma akan bangau ini yang sebelumnya dianggap sebagai petanda buruk;

3. Lisa Dabek, Ph.D. (Papau New Guinea Tree Kangaroo Conservation Program; Woodland Park Zoo) — PendiriTree Kangaroo Conservation Program, bertanggung jawab terhadap konservasi area yang pertama kali ada di Papua New Guinea, menggunakan teknologi Crittercam untuk pertama kalinya, guna mengamati mamalia yang hidup di atas pohon;

4. Rodney Jackson, Ph.D. (Snow Leopard Conservancy) — Melakukan penelitian ­mendalam menggunakan radio tracking untuk macan tutul salju sejak tahun 1980;

5. Anna Nekaris, Ph.D. (Oxford Brookes University; Little Fireface Project) — Mengepalai penelitian tentang ekologi dan wilayah Kukang. Sebagai direktur Little Fireface Project, melakukan survei, radio tracking, pariwisata yang ramah lingkungan dan penghijauan kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Perkuat Pendidikan Berkualitas di Bengkulu, Yodanland Group Hadirkan Middle School HighScope Indonesia
Perkuat Pendidikan Berkualitas di Bengkulu, Yodanland Group Hadirkan Middle School HighScope Indonesia
Edu
Hari Lahir Pancasila, Gerakan Pramuka Tegaskan Komitmen Jadi Pengawal Pancasila
Hari Lahir Pancasila, Gerakan Pramuka Tegaskan Komitmen Jadi Pengawal Pancasila
Edu
10 Jurusan Terketat ITS di UTBK SNBT 2025, Referensi Daftar Jalur Mandiri
10 Jurusan Terketat ITS di UTBK SNBT 2025, Referensi Daftar Jalur Mandiri
Edu
Biaya Sekolah Rakyat Rp 48,2 Juta Tiap Siswa Per Tahun, untuk Apa Saja?
Biaya Sekolah Rakyat Rp 48,2 Juta Tiap Siswa Per Tahun, untuk Apa Saja?
Edu
Ada Beasiswa Pakai Nilai UTBK 2025 di Telkom University, Ini Syaratnya
Ada Beasiswa Pakai Nilai UTBK 2025 di Telkom University, Ini Syaratnya
Edu
Kembangkan Ekosistem Pembelajaran Digital Inklusif, UT Raih 'Digital Innovation in Education'
Kembangkan Ekosistem Pembelajaran Digital Inklusif, UT Raih "Digital Innovation in Education"
Edu
Anggaran Sekolah Rakyat Rp 48,2 Juta Tiap Siswa Per Tahun, Dapat Seragam hingga Laptop
Anggaran Sekolah Rakyat Rp 48,2 Juta Tiap Siswa Per Tahun, Dapat Seragam hingga Laptop
Edu
Cek Dokumen yang Jadi Syarat Umum dan Khusus Daftar SPMB Jabar 2025
Cek Dokumen yang Jadi Syarat Umum dan Khusus Daftar SPMB Jabar 2025
Edu
Universitas Matana Buka Peluang Beasiswa lewat Program Tukar Kartu SNBT
Universitas Matana Buka Peluang Beasiswa lewat Program Tukar Kartu SNBT
Edu
Unika Atma Jaya Gelar 'Open House' di Dua Kampus, Hadirkan Program Beasiswa Menarik
Unika Atma Jaya Gelar "Open House" di Dua Kampus, Hadirkan Program Beasiswa Menarik
Edu
Cek 10 Jurusan Terfavorit dan Terketat IPB Jalur SNBP dan UTBK SNBT 2025
Cek 10 Jurusan Terfavorit dan Terketat IPB Jalur SNBP dan UTBK SNBT 2025
Edu
Kebijakan Trump Picu Gangguan Mental dan Beri Tekanan bagi Mahasiswa Asing di Harvard
Kebijakan Trump Picu Gangguan Mental dan Beri Tekanan bagi Mahasiswa Asing di Harvard
Edu
Gagal UTBK SNBT 2025? Coba Daftar di 42 PTS dan Sekolah Kedinasan Ini
Gagal UTBK SNBT 2025? Coba Daftar di 42 PTS dan Sekolah Kedinasan Ini
Edu
Putusan MK soal Sekolah Swasta Gratis, Momentum Refocusing Anggaran Pendidikan
Putusan MK soal Sekolah Swasta Gratis, Momentum Refocusing Anggaran Pendidikan
Edu
Jangan Pernah Anggap Enteng Perilaku Bullying yang Terjadi
Jangan Pernah Anggap Enteng Perilaku Bullying yang Terjadi
Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau