KOMPAS.com - OMSI (Olimpiade Matematika dan Sains Indonesia) merupakan ajang kompetisi matematika dan sains yang merunut pada kompetisi IMSO (International Math Science Olympiad) yang tahun ini memasuki tahun ke 18 dan akan diadakan di China.
Berbeda dengan kompetisi lain yang memisahkan lomba matematika dan sains, OMSI justru mengombinasikan bidang studi matematika dan sains dalam satu lomba. Lomba ini secara khusus ditujukan bagi siswa kelas 4 - 5 SD.
Tahun ini merupakan seleksi lomba ke 3 yang diadakan OMSI di Indonesia.
Babak penyisihan OMSI dilakukan tanggal 27 Mei 2018 lalu serentak di 39 kota dari pukul 08.00 sampai 09.30 WIB.
Paramount School di Palembang menjadi salah satu tuan rumah OMSI tingkat provinsi Sumatera Selatan.
"Paramount School sebelumnya pernah menjadi penyelenggara KMNR (Kompetisi Matematika Nasional Realistik), itu salah satu alasan pihak Klinik Pendidikan MIPA (KPM), panitia OMSI untuk Indonesia memilih sekolah ini sebagai tuan rumah," jelas Wulandari, S. Pd Koordinator kompetisi OMSI dari pihak sekolah.
Baca juga: 10 SMP Terbaik DKI Jakarta Berdasarkan Nilai UN
"Dengan diadakannya OMSI di Paramount School saya berharap akan memberi dampak yang sangat positif di bidang pendidikan matematika dan sains khususnya di Sumatera Selatan," ujar Rinaldo Alimin Direktur Paramount School.
Khususnya bagi para siswa yang mempunyai minat dan bakat di bidang tersebut, kompetisi ini dapat dijadikan sebagai bahan indikator dan juga acuan sekolah mana yang terbaik di bidang tersebut, tambah Rinaldo.
Untuk provinsi Sumatera Selatan, seleksi OMSI diikuti oleh 55 siswa dari 7 sekolah yang datang dari Kota Palembang dan juga Kabupaten Ogan Komering Ilir, tambah Wulan.
Pemenang dari seleksi tingkat provinsi akan mengikuti seleksi tahap nasional akhir Agustus di Bogor.
Lalu, bagaimana tips menumbuhkan minat pada bidang matematika dan sains yang justru seringkali membuat siswa segan?
Wulandari memberikan beberapa tips agar matematika dan sains tidak lagi ditakuti siswa:
1. "Tak kenal maka tak sayang, pribahasa ini berlaku juga untuk matematika dan sains," kata Wulan. Zaman dulu matematika dan sains menjadi hal yang ditakuti, tambahnya. Saat ini di era digital, pengetahuan lebih terbuka sehingga anak-anak bisa belajar matematika dan sains dengan metode yang menyenangkan. Materi pembelajaran dapat diambil dari hal yang dekat dengan keseharian anak seperti siklus air atau proses terjadinya pelangi, tambahnya.
2. Siswa perlu diajak untuk memahami manfaat matematika dan sains untuk masa depannya. Mereka perlu diberikan gambaran bahwa kedua bidang tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita.
3. "Kunci yang lain ada ditangan guru sebagai pendidik dan juga fasilitator," tambah Wulan. Guru harus mampu mencari metode dan materi yang menarik minat siswa agar matematika dan sains ini tidak lagi menjadi hal yang menakutkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.