Mahasiswi UGM Raih 4 Medali World Para Swiming Championship di Berlin

Kompas.com - 25/06/2018, 16:45 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Laura Aurelia Dinda Sekar Devanti,  meraih prestasi di kancah internasional dengan merebut 4 medali di ajang World Para Swiming Championship, Berlin, 7-10 Juni 2018.

World Para Swiming Chamionship merupakan kompetisi renang tahunan bagi atlet difabel  seluruh dunia dan diikuti lebih dari 500 atlet berasal dari 50 negara dari berbagai dunia.

Dalam kompetisi ini Indonesia menurunkan 9 atlet dan berhasil mengumpulkan medali sebanyak 3 emas, 6 perak, serta 5 perunggu.

Laura berhasil menyabet 2 medali emas dari nomor 50 meter gaya kupu-kupu putri dengan catatan waktu 44,84 detik dan 50 meter gaya punggung putri dengan waktu 42,81 detik.

Selain itu, juga meraih 1 medali perak dari nomor 50 meter gaya bebas putri dengan waktu 40,08 detik dan 1 medali perunggu dari nomor 200 meter gaya bebas putri dengan waktu 3 menit 02,71 detik.

“Bangga bisa mengukir prestasi yang bisa mengharumkan nama Indonesia di tingkat dunia,” kata seperti dikutip dari laman berita resmi UGM.

Meskipun telah sering mengikuti kompetisi, Laura mengaku masih sempat merasakan ketegangan saat berlaga di ajang ini. Pasalnya, kompetisi ini menjadi ajang pembuktian prestasinya.

Keberhasilan Laura dari kompetisi ini menambah deretan koleksi medali yang telah diperoleh sebelumnya. Setidaknya lebih dari 50 medali yang berhasil dikumpulkan putri tunggal pasangan David Haliyanto dan Jeanne D’arc Ni Wajan Luh Mahendra.

Kecintaaan Laura terhadap dunia renang telah tumbuh sejak bangku kelas 3 Sekolah Dasar. Awal bergabung di klub renang sebagai upaya terapi penyakit asma yang dideritanya dan pada akhirnya menjadi hobi.

Gadis kelahiran Pekanbaru, 22 September 1999 ini awalnya bukanlah penyandang difabel. Laura lahir dalam kondisi fisik sempurna. Namun kecelakaan yang dialami Laura membuatnya tidak lagi bisa berjalan seperti semula.

Baca juga: Ini Daftar 10 Universitas Terbaik-dunia-2018-2019

“Pada 2016 lalu saya mengalami kecelakaan, terpeleset di kamar mandi sehingga kehilangan kekuatan untuk berjalan,” ungkapnya.

Untuk mendukung aktivitas sehari-hari Laura mengandalkan kursi roda.

Sempat merasa putus asa dan kehilangan kepercayaan diri namun berkat dukungan keluarga dan teman, perlahan Laura bangkit dan kembali semangat menjalani hidup, termasuk dalam menekuni kembali dunia renang. 

Keberhasilan itu menyadarkannya meski dalam keterbatasan tidak menghalangi untuk berkarya. Takdir Tuhan yang awalnya tidak bisa diterimanya kini berubah total.

“Akhirnya saya sadar dan mensyukuri takdir Tuhan. Mungkin kalau dengan kondisi normal saya tidak akan ada diposisi saat ini,” katanya.

Laura pun mengajak rekannya sesama difabel dan para penyandang disabilitas lainnya untuk terus bersikap optimis dan tidak mudah menyerah dengan keadaan.

“Jangan pernah menyerah apapun keadaanmu karena hanya diri kita sendiri yang bisa merubah hidup kita, bukan orang lain,” ucapnya.

Laura merupakan salah satu dari puluhan mahasiswa penyandang disabilitas yang tengah menuntut ilmu di UGM. Sosoknya menjadi menginspirasi bahwa keterbatasan fisik bukan menjadi penghalang berprestasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau