Mahasiswa Ditolak Magang, Ini Alasannya

Kompas.com - 05/08/2018, 15:46 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com — Didukung jumlah populasi terbesar ke-4 di dunia, Indonesia memiliki potensi sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang maju. Kendati demikian, pembangunan sumber daya manusia masih menjadi tantangan bagi pemerintah untuk dapat mendukung perekonomian nasional.

Ha lini disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir pada Sidang Pleno Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) XIV di Medan, Jumat (3/8/2018).

1. Peranan fakultas ekonomi

Nasir mengatakan, untuk menjadi negara maju, perekonomonian Indonesia harus berubah dari ekonomi berbasis sumberdaya menjadi ekonomi berbasis pengetahuan.

Untuk itu, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mempunyai peran penting menyiapkan dan menguatkan kompetensi lulusan untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga: Panitia SPMB Batalkan Kelulusan 17 Calon Mahasiswa STAN

“Kita tidak bisa menyiapkan lulusan dengan sistem atau metode lama untuk merespons era revolusi industri 4.0. FEB penting untuk mengkaji lebih dalam agar para lulusan dapat merespons peluang dan tantangan revolusi industri 4.0,” ujar Menristekdikti seperti dilansir dari laman Kemenristekdikti.

2. Mahasiswa ditolak magang

“Kecakapan soft skill menjadi sangat penting sekali untuk dikuasai lulusan pada perekonomian saat ini yang tidak bisa digantikan oleh robot. Soft skill seperti kerja sama, komunikasi, etika dalam bekerja, penampilan, empati, dan kecerdasan emosional itu penting untuk kesuksesan karir atau bisnis dibandingkan hasil akademik,” tutur Nasir.

Dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, menurut Nasir, perguruan tinggi juga harus melibatkan industri sebagai end user. Pasalnya, banyak dosen mengeluhkan mahasiswa ditolak magang di industri atau tidak dapat mengimplementasikan kompetensinya di perusahaan saat magang.

“Industri sebenarnya banyak membutuhkan tenaga kerja. Namun skill yang mereka butuhkan tidak sesuai dengan selama ini diberikan oleh sistem pendidikan tinggi kita. Maka kita lakukan pembenahan kurikulum pembelajaran baik untuk akademik maupun politeknik,” ujar Nasir.

3. Belajar literasi baru

Selain itu, menghadapi era revolusi industri 4.0, mahasiswa dan dosen juga perlu mempelajari literasi baru seperti literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Meski akan ada kendala dihadapi nantinya, Nasir meyakinkan bahwa literasi baru ini akan membuat seseorang kompetitif di era ekonomi baru berbasis teknologi.

Hadir pula dalam Sidang Pleno AFEBI XIV Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Intan Ahmad, Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Runtung Sitepu, Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah I Sumatera Utara Dian Armanto, pengurus AFEBI, dekan dan dosen FEB di seluruh Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau