Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Telah Kolaborasi Seni dan Teknologi Sebelum Era Internet

Kompas.com - 13/11/2018, 16:25 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Commander H. Bregg adalah astronot yang dikirim ke ruang angkasa untuk melaksanakan misi penjelajahan antariksa. Misinya dimulai saat istrinya sedang hamil tua dan anak perempuan yang diberi nama Nais lahir, dia baru saja memulai perjalanannya meninggalkan solar system.

Pada masa 20 tahun setelah pesawatnya meninggalkan bumi, Bregg menerima surat dari anaknya yang tidak pernah dijumpai. Perjalanan Bregg adalah perjalanan sepi dan sendiri hingga pada tahun ke-56 barulah dia kembali ke bumi.

Kembalinya dia ke bumi ternyata hanya membawa dia tenggelam dalam lautan kesendirian yang dalam karena dia harus menerima kenyataan: istri dan anaknya juga seluruh anggota keluarganya yang dia rindukan telah meninggal.

Eksperimen ruang pertunjukan

Itulah kisah “The Return” sebuah pertunjukan seni eksperimental karya Tom Lee (LaMaMa Theater New York) bekerja sama dengan Culturehub yang disampaikan Prof. Billy Clark, Direktur Artistik Culturehub kepada peserta ICAPAS (International Conference for Asia Pacific Art Studies) 2018. 

Baca juga: ISI Yogyakarta Gelar Konferensi Internasional Seni Zaman Informasi

Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengadakan konferensi internasional ICAPAS tersebut 17-18 Oktober 2018 lalu mengangkat tema “Art of The Information Age” (Seni Zaman Informasi).

 

Pertunjukan tersebut melibatkan pemain yang terpisah jarak sangat jauh yakni New York (AS) dan Seoul (Korea). Mereka disatukan teknologi dan menciptakan sebuah syntetic enviroment (lingkungan buatan).

Dalam pertunjukan itu ada 3 lingkungan terlibat; 2 lingkungan nyata yakni di New York dan Seoul dan 1 lingkungan buatan yang merupakan proses sintesa dari ke-2 lingkungan tersebut.

Masing-masing lingkungan dihadirkan kepada penonton yang berada di New York dan Seoul secara live. The Return yang dipentaskan pada bulan Desember 2014 adalah satu dari sekian banyak karya eksplorasi yang dikerjakan Culturehub.

Kolaborasi seni antar negara

Iwan Setiawan Dani, mahasiswa pascasarjana ISI kepada Kompas.com (12/11/2018) menjelaskan Culturehub adalah komunitas global di bidang seni dan teknologi yang berlokasi di New York, Los Angeles, Seoul, Roma dan Bandung.

Culturehub didirikan oleh LaMaMa Experimental Theater Club (New York, AS) dan Seoul Institute of Art (Korea). Culturehub mendukung para seniman dari berbagai negara yang tergabung di dalamnya untuk bereksperimen dengan teknologi.

Berbagai bentuk telepresence seperti video conference, virtual reality, teleholographics, ataupun bentuk teknologi lainnya dapat dieksplorasi menciptakan karya kolaborasi seni antar negara.

Iwan menjelaskan penggunaan teknologi semacam itu pernah juga dilakukan penari senior yang juga dosen ISI Yogyakarta, Martinus Miroto tahun 2015.

 

Eksplorasi telepresence Indonesia

Tarian Sari Tunggal oleg Gusti Noeroel ditampilkan di Den Haag 1937Dok. Istimewa/Iwan Dani Setiawan Tarian Sari Tunggal oleg Gusti Noeroel ditampilkan di Den Haag 1937

Dalam karyanya “Simulakra”, Miroto menghadirkan 1 orang penari yang berada di Padang Panjang dan 1 orang penari di Bali secara bersamaan hadir dalam panggung berada di Jakarta.

Penari Padang Panjang dan Bali dihadirkan dalam bentuk teleholografis yang menari bersama dengan penari nyata yang ada di panggung Jakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com