Susah Cari "Housing", Ini PR Pertama untuk yang Mau Kuliah di Belanda!

Kompas.com - 20/11/2018, 08:40 WIB
M Latief

Penulis

DEN HAAG, KOMPAS.com - Khusus para calon mahasiswa yang akan studi di Belanda, satu hal penting yang harus dijadikan catatan adalah susahnya mencari indekos atau bahasa kerennya housing. Jangan dianggap enteng, karena efeknya bisa panjang dan runyam!

Urusan berburu housing ini memang pesan khusus yang disampaikan beberapa mahasiswa yang ditemui Kompas.com di Vrije Universiteit Amsterdam (VU), Jumat (16/11/2018). Ini dianggap penting, karena urusan susahnya mencari tempat mondokan di negeri orang ini juga masuk kategori culture shock.

Jangankan mahasiswa baru, bagi yang sudah lebih dari setahun di Belanda pun mengaku mencari indekos adalah persoalan paling memusingkan kalau tak diurus serius. Salah satu yang menyatakan itu adalah Hadi Rahmat Purnama, mahasiswa Hukum Internasional di Vrije Universiteit Amsterdam (VU).

Bagi Hadi, housing tetap masalah pelik meski dirinya sudah lebih dari dua tahun menempuh studi untuk meraih PhD di Belanda.

"Cari housing ini kompetitif alias susah. Pertama, pesaingnya sangat banyak, bukan cuma anak Indonesia, tapi juga mahasiswa internasional lain. Kedua, kita terbentur banyak aturan. Tak bisa langsung sewa rumah atau kamar langsung ke pemiliknya, jadi harus lewat makelar dulu. Ada makelar atau agen resmi sini, dan itu orang Belanda," tutur Hadi.

Saking susahnya, meski terhitung lebih dari dua tahun hidup di Belanda, lanjut Hadi, dia sudah lima kali pindah rumah atau indekos. Bermacam pengalaman sudah dia alami sepanjang berburu housing ini.

"Aturannya ketat. Kalau dibilang cuma boleh satu orang, ya memang cuma satu orang. Kalau ketahuan, kita kena denda," kata Hadi.

Zulfikar, mahasiswa S-3 di Departemen Komuniasi di VU, menimpali pengalaman Hadi. Menurut dia, iklan online atau koran cetak yang memunculkan layanan sewa kamar atau indekos tak bisa sepenuhnya dipercaya.

"Housing sangat bergantung informasi dari mulut ke mulut. Lewat Facebook sih banyak, tapi harus hati-hati, karena banyak penipuan," papar Zulfikar.

Sejauh pengalamannya, tarif housing di Amsterdam terhitung paling mahal di Belanda. Untuk ukuran atau tipe studio atau tinggal sendiri dengan kamar mandi dan dapur, kasur dan meja belajar di kisaran 500 sampai 1000 Euro per bulan.

"Kalau lewat agen kita harus bayar agen lagi. Mereka itu dibayar seharga satu bulan harga sewa yang bakal kita bayar. Itu bayarnya hanya sekali, yaitu pas kita sudah deal untuk menyewa," ujarnya.

Ada juga tipe rumah untuk isi dua orang. Tarifnya sekitar 1200 Euro atau kurang lebih Rp 20 juta per bulan. Syaratnya, mahasiswa penghuni tidak diperbolehkan membawa anak.

"Memang, satu-satunya yang paling murah itu cuma lewat kampus. Cuma listnya panjang, bisa tunggu sampai setahun. Hadi dua tahun, si Insan setahun. Kami urus itu sejak dari jakarta," kata Zulfikar.

Hadi kembali ikut menimpali. Dia bercerita, dua bulan pertamanya di Belanda dirinya terpaksa tinggal di student hotel. Hadi mengaku saat itu dia sama sekali tidak mendapatkan housing.

"Terakhir saya sewa kamar itu sekitar 425 Euro, tanpa internet, lalu kena pajak sampah dan pajak air. Totalnya hampir 600 Euro. Pajak sampah per bulan itu bisa 34 sampai 40 Euro per orang, bukan per kamar," kata Hadi.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau