Ternyata, Haji Agus Salim Pilih "Homeschooling" untuk Pendidikan Anak

Kompas.com - 20/01/2019, 15:21 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Siapa tidak mengenal Haji Agus Salim, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia pada tahun 1961.

Pemilik nama lahir Mashudul Haq kelahiran Agam, Sumatera Barat ini, pernah menjadi jurnalis, lantas bergabung dengan dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi pemimpin kedua SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto.

Karier berikutnya ia menjadi anggota BPUPKI dan turut menyusun draft UUD. Terakhir ia menjabat Menteri Luar Negeri di beberapa kabinet, yakni Kabinet Syahrir, Kabinet Amir Syarifuddin, dan Kabinet Hatta.

Melawan arus masa itu

Namun tidak banyak orang mengetahui bagaimana pola asuh Agus Salim bersama istrinya Zaenatun Nahar dalam mendidik 8 anaknya: Theodora Atia (Dolly), Jusuf Tewfik Salim (Totok), Violet Hanifah (Jojet), Maria Zenobia (Adek), Ahmad Sjewket Salim (gugur dalam pertempuran di Lengkong), Islam Salim, Siti Asiah, dan yang bungsu Mansur Abdur Rachman Ciddiq.

Baca juga: Minat Orangtua Pilih Homeschooling Meningkat

Dikutip dari buku 100 Tahun Haji Agus Salim, Sinar Harapan, 1996, disebutkan, Agus Salim mendidik langsung tujuh anaknya di rumah atau yang saat ini dikenal dengan "homeschooling". Hanya si bungsu Mansur Abdurrahman Sidik mengenyam sekolah formal.

Tokoh bangsa itu memiliki perspektif berbeda dengan para pemimpin bangsa lain yang hidup sezaman. Pada awal abad ke-20, hampir semua tokoh bangsa Indonesia menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang paling tinggi, meskipun itu sekolah kolonial yang dikendalikan pemerintah Hindia Belanda.

Ambil peran sebagai guru

 

Bahkan tak sedikit menyekolahkan anak hingga ke luar negeri. Namun bagi Agus Salim, sekolah kolonial tak membuat anak mandiri.

Dilansir dari forum Sahabat Keluarga Kemendikbud, Agus Salim kemudian menjadikan rumah sebagai sekolah bagi anak-anaknya. Ia dan istrinya bergantian berperan sebagai guru.

Padahal, Agus Salim sendiri menapaki jenjang sekolah formal. Bahkan pernah meraih prestasi sebagai lulusan terbaik Hogere Buger School (HBS) tahun 1903 di tiga kota besar, yakni Batavia, Semarang, dan Surabaya.

HBS adalah sekolah menengah setara SMA milik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sekolah ini hanya menerima siswa berkebangsaan Belanda atau Eropa, serta sedikit anak lokal yang orangtuanya terpandang atau punya pangkat.

Rencana sejak awal

Namun, usai lulus HBS, harapan Agus Salim mendapatkan beasiswa sekolah kedokteran di Belanda yang sangat diminatinya kandas. Hanya karena ia seorang pribumi.

Pengalaman pahit itulah yang barangkali membuat Agus Salim akhirnya kecewa dan memutuskan agar anak-anaknya tidak masuk pendidikan kolonial. Selain itu, ia merasa sanggup mendidik anak-anaknya di rumah.

Soal si bungsu yang masuk sekolah formal, itu karena dilahirkan setelah era kolonial Belanda di Indonesia berakhir.

Kustiniyati Mochtar, wartawan senior harian Indonesia Raya berkesempatan mewawancarai Agus Salim. Dari wawancara yang dijadikan sumber buku Seratus Tahun Haji Agus Salim itu, Agus Salim mengenang, ketika masih pengantin baru, ia meminta istrinya rajin membaca dan berzikir karena berencana mendidik sendiri anak-anaknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dosen IPB Sebut 7 Makanan Manusia yang Tidak Bisa Dimakan Kucing

Dosen IPB Sebut 7 Makanan Manusia yang Tidak Bisa Dimakan Kucing

Edu
Libur Sekolah Total 24 Hari Selama Puasa dan Idul Fitri 2025

Libur Sekolah Total 24 Hari Selama Puasa dan Idul Fitri 2025

Edu
Cek Biaya Uang Pangkal Kedoktean Unsoed Jalur Mandiri 2025

Cek Biaya Uang Pangkal Kedoktean Unsoed Jalur Mandiri 2025

Edu
Beasiswa S1 Gratis ke Singapura, Dapat Tunjangan Hidup dan Asrama

Beasiswa S1 Gratis ke Singapura, Dapat Tunjangan Hidup dan Asrama

Edu
Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Wakil Dekan FMIPA UGM Ungkap Penyebabnya

Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Wakil Dekan FMIPA UGM Ungkap Penyebabnya

Edu
Beasiswa JIS untuk Siswa Kelas 8-10, Gratis Biaya Sekolah Sampai Lulus

Beasiswa JIS untuk Siswa Kelas 8-10, Gratis Biaya Sekolah Sampai Lulus

Edu
Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Edu
Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Edu
Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Edu
Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Edu
Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Edu
Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Edu
Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Edu
Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Edu
Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Edu
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau