KOMPAS.com - Pernah Anda melihat atau mungkin mengikuti sesi presentasi ilmiah yang semua pesertanya terlihat serius dan terlibat diskusi sangat "berat" dan kompleks lantaran penuh sajian grafik dan bagan-bagan yang belum-belum sudah bikin Anda ciut?
Pernahkah Anda mengalami situasi yang berkali-kali bikin Anda harus melihat jam tangan lantaran ingin cepat selesai mengikuti forum ilmiah tersebut, apalagi kalau topiknya asing bagi Anda?
Awalnya, bermacam pertanyaan seperti itulah yang bakal memenuhi sesi "StuNed Talks" sebagai bagian dari rangkaian kegiatan StuNed Day 2019 di Aula Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag, Belanda, Sabtu (2/3/2019). Tapi, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.
Ya, suasananya terlihat ceria, penuh inspirasi dan sarat pengetahuan baru serta pesan positif. Delapan pelajar Indonesia penerima beasiswa StuNed yang masih menyelesaikan studinya di berbagai universitas di Belanda menyuguhkan sajian ilmiah yang segar, menghibur, sekaligus menginspirasi.
Mereka melakukan terobosan cerdas dan brillian dengan menggelar "lapak ilmiah" mereka di StuNed Day 2019. Hanya bermodal selembar karton, kedelapan topik ilmiah tersebut diramu dan disajikan dengan ciamik, lugas, bernas, namun casual dan fun sehingga mudah untuk diserap semua peserta yang berasal dari berbagai bidang ilmu.
Para peserta forum ilmiah itu datang dengan penuh antusiasme. Mereka mendengarkan dengan seksama dan berpindah secara teratur dari satu presentasi ke presentasi lainnya, dari satu topik ke topik selanjutnya.
Sungguh mencengangkan melihat seorang mahasiswa program hukum yang dengan sangat antusias dan wajah penasaran membombardir pemapar yang menggelar materi tentang tentang konsep neural network dan persamaan matematika tingkat dewa!Ini yang terjadi, memang!
Juga, ketika seorang mahasiswa bidang matematika yang merasa terharu lantaran baru kali ini dia melihat mata-mata berbinar para peserta forum yang sebagian besar para pelajar ilmu hukum dan ilmu sosial saat mendengarkan paparan 8 menitnya tentang machine learning.
Atau, ketika semua sepakat bahwa pemaparan tentang hama pada tanaman tomat mampu disajikan lebih entertaining dibandingkan dengan stand-up comedy di program televisi kita yang banyak ditonton mahasiswa dan mahasiswi.
Pun, ketika paparan tentang port management menjadi sajian sangat renyah dan gurih untuk dinikmati sampai remah-remahnya dan jauh dari bayangan paparan engineering yang njlimet.
Delapan kertas kerja ilmiah dari 8 penelitian berbeda milik para peraih StuNed itu telah meyakinkan banyak orang bahwa mereka tidak perlu lagi melihat ilmu pengetahuan dengan sekat-sekat ego sektoral, melainkan dengan positive attitude, yaitu keterbukaan dan kesadaran bahwa tak ada ilmu yang berdiri sendiri; bahwa ilmu hanya akan dapat terimplementasi untuk memberikan dampak positif jika dipadukan dan diharmonisasikan dengan ilmu lainnya.
Sejatinya, itulah yang sesuai dengan tema peringatan 20 tahun Beasiswa StuNed, yaitu "20 Years of StuNed – It’s about Impact!". Acara yang digagas dan dimoderasi oleh Muhammad Ulil Ahsan, seorang penerima beasiswa StuNed yang juga sedang menyelesaikan studinya di Wagenigen Univesity and Research, itu menegaskan bahwa kadang bukan kemampuan akademik yang menjadi masalah para peneliti dan pelajar Indonesia, namun kurangnya keberanian dan kepercayaan diri untuk tampil dan berbagi pemikiran akademis serta ide-ide inovatifnya.
Studi di Belanda justru memberikan ruang terbuka bagi para pelajar untuk membuka "lapak" mereka di manapun berada. Lalu, pada akhir acara semua yang hadir sepakat bahwa seorang pembelajar sejati bukanlah mereka yang hanya hebat ilmunya, tapi juga yang punya kearifan untuk membuka diri terhadap ilmu-ilmu lainnya sehingga ilmunya lebih kaya dan akan membawa lebih banyak manfaat.
Adapun 8 mahasiswa dengan academic paper-nya yang tampil pada "StuNed Talks – Dari Negeri Belanda untuk Negeri" tersebut adalah: