KOMPAS.com - Tangan manusia merupakan salah satu bagian yang ternyata menjadi "rumah nyaman" bagi bakteri sekaligus perantara penyebaran penyakit ke tubuh. Sentuhan tangan, baik secara langsung dengan kulit orang lain maupun saat memegang benda dapat menjadi medium penyebaran bakteri.
Hal inilah yang melatarbelakangi Anggis dan tim mahasiswa KKN Universitas Diponegoro (Undip) di Desa Pilang Payung, Kabupaten Grobogan, Jawa tengah membuat antiseptik berbahan dasar pelepah pisang.
“Pelepah pisang mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat menyembuhkan luka dan bersifat antimikroba, di dalamnya juga mengandung zat tanin yang efektif membunuh kuman," jelas Anggis seperti dilansir dari laman resmi Undip (19/2/2019).
Baca juga: Raih Prestasi Internasional Terbanyak, UMN Terima Penghargaan LLDIKTI
Ia menjelaskan proses pembuatan antiseptik ini cukup sederhana. Pertama pelepah pisang dikupas kulitnya sampai lapisan ketiga hingga terlihat gabusnya, lalu dipotong kecil-kecil agar mudah untuk dijuice hingga mengeluarkan sari. Sari ini kemudian dicampurkan alkohol 80 persen dan Aquadest.
“Kami telah mensosialisasikan pembuatan antiseptik ini sekaligus memberikan informasi pada masyarakat tentang dampak mikroorganisme yang merugikan," ujarnya.
Diare yang disebabkan bakteri Escherichiacoli, keracunan makanan akibat bakteri Salmonella dan Shigella, serta penyakit kulit atau gatal-gatal dari bakteri Staphylococcus epidermis dapat dicegah menggunakan antispetik pelepah pisang” tuturnya.
Inovasi lain juga dilakukan mahasiswa KKN di Kelurahan Grobogan, Jawa Tengah, Umi Az Zuhra, Ansala yang menyosialisasi pembuatan briket kepada warga. Briket adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu yang telah mengalami proses pemampatan sehingga daya pembakarannya lebih baik.
“Briket ini berbahan dari sekam padi, sabut kelapa, tepung kanji dan air panas, sedangkan alat yang digunakan adalah saringan, alu, wadah, cerobong kawat besi, bambu atau paralon," jelas Umi Az Zuhra.
Ia menambahkan briket yang dihasilkan berkualitas baik karena mudah dinyalakan, tidak mengeluarkan asap, berdaya bakar lebih besar, panas tetap dan kedap air serta hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama.
Ansala turut menjelaskan proses pembuatan briket juga sederhana. Sabut kelapa yang telah dibakar hingga semua sekam menjadi arang dihaluskan dengan alu dan diayak dengan saringan agar diperoleh arang halus.
Selanjutnya dengan campuran tepung kanji dan air panas diaduk hingga merata. “Adonan briket siap dicetak dengan menggunakan bambu atau paralon, jemur dan keringkan. Briket yang telah dicetak dan benar-benar kering siap digunakan," jelas Ansala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.