Startup Indonesia Peringkat Satu ASEAN

Kompas.com - 11/04/2019, 12:46 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia menjadi nomor satu di Asia Tenggara di bidang startup. Sedangkan di tingkat internasional startup Indonesia menempati urutan kelima. 

Hal ini disampaikan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat membuka "Indonesia Startup Summit (ISS) 2019" di Jakarta International Expo (10/4/2019).

ISS 2019 dihadiri lebih kurang 5.000 peserta dan menampilkan 60 puluh startup karya generasi milenial terbaik Indonesia. Dalam sambutannya Menristekdikti menyampaikan geliat startup di Indonesia tumbuh dengan sangat pesat dalam kurun waktu 4-5 tahun terakhir.

Peringkat 1 ASEAN

Menristekdikti mengatakan, "Kemenristekdikti membina lebih kurang 1.307 startup dari berbagai bidang fokus. Jumlah tersebut terus meningkat dari tahun 2015 lalu yang hanya 52 startup."

"Saat ini jumlah startup di Indonesia berada pada peringkat pertama di ASEAN," ujar Mohamad Nasir.

Baca juga: Mantul, Percepatan Pertumbuhan Startup Indonesia Dua Kali Lipat Iran

Menristekdikti menghadiri ISS 2019 dengan mengendarai motor listrik Gesits, salah satu startup kebanggaan tanah air karya Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan diproduksi PT. Wijaya Manufakturing.

Selama lima tahun terakhir, Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) yang dibiayai dan dibimbing Kemenristekdikti tidak membatasi pengembangan startup pada bidang teknologi informasi saja mengikuti tren.

Terdapat beberapa bidang fokus di luar teknologi informasi yang tenants atau peserta inkubasi bisnis Kemenristekdikti ikuti. Bidang itu antara lain; pangan dan pertanian, obat-obatan, dan transportasi.

Startup pendidikan tinggi

Di samping Gesits, di bidang transportasi, juga ada kapal pelat datar yang dikembangkan Teknik Perkapalan Universitas Indonesia (UI) bersama PT Juragan Kapal.

PT Juragan Kapal sendiri saat ini sudah memiliki omzet 6,5 miliar Rupiah, tertinggi kedua setelah PT Meta Sukses Pratama (MSP) yang memproduksi Satpam Pintar dengan omzet 7 miliar Rupiah.

Sumbangan perguruan tinggi yang berkolaborasi dengan industri juga mencakup bidang lainnya, salah satunya di bidang energi antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan PT Pertamina, dengan Catalyst Merah Putihnya.

Salah satu bidang yang para wirausahanya belum banyak dibimbing atau diinkubasi oleh perusahaan atau lembaga adalah di bidang pertanian. Salah satu startup, yaitu PT Djava Sukses Abadi memiliki merek tempe Mangano yang sudah diekspor hingga ke Korea Selatan.

Insentif pajak

"Di bidang pangan saya ambil contoh tempe. Semua makan tempe, kan? Tempe itu sekarang ada permintaan dari luar negeri, mengimpor dari Indonesia. Biasanya umurnya tiga hari, empat hari sudah busuk. Ini bisa satu bulan tanpa bahan kimia. Sekarang sudah diekspor ke Korea Selatan. Tempe dari Indonesia, dari startup yang dibina Kemenristekdikti," papar Menristekdikti.

Kemenristekdikti tidak hanya memberikan modal dan membimbing startup teknologi, namun juga membantu para perusahaan pemula tersebut untuk mendapatkan insentif lain melalui pemotongan pajak (tax deduction) agar lebih banyak modal dan laba yang dialokasikan untuk riset.

"Saya sedang mengajukan ke Bapak Presiden, melalui Menteri Perindustrian dan juga Menteri Keuangan, para startup ke depan itu harus mendapatkan fasilitas pajak, supaya tax deduction bisa didapatkan, sehingga tidak dibebani pajak dulu. Kalau peraturannya keluar, mudah-mudahan para startup bisa menikmati pajak yang dibebaskan oleh pemerintah," harap Nasir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau