"Mantul", Percepatan Pertumbuhan Startup Indonesia Dua Kali Lipat Iran

Kompas.com - 09/04/2019, 23:08 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong mahasiswa menggali potensi kewirausahaan dalam dirinya selama berkuliah, agar mereka dapat menciptakan lapangan kerja setelah lulus.

"Melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, saya buat program kewirausahaan. Tujuannya biar mereka dapat berlatih di dalam kampus. Setelah mereka berlatih, nanti setelah lulus mereka bisa berinovasi dengan teknologi yang mereka miliki. Mereka bisa menjadi entrepreneur muda," ungkap Menristekdikti.

Hal ini disampaikan Mohamad Nasir saat memberikan Kuliah Umum "Kegiatan Kemahasiswaan pada Era Revolusi Industri 4.0" di Universitas Nahdlatul Ulama (Unusida) Sidoarjo (8/4/2019).

Lahirkan 1.307 startup

Menristekdikti menyatakan dunia orangtua dengan pemuda Indonesia saat ini sudah berbeda. Ada persaingan antara teknologi dengan tenaga kerja manusia yang membuat kebutuhan lowongan pekerjaan berubah.

Baca juga: Indonesia Startup Summit 2019, Menumbuhkan Startup Non-Jawasentris

"Dunianya berbeda sekali. Anak muda sekarang itu biasanya di dalam kerja, satu tahun, dua tahun pindah. Mereka mencari jati diri untuk membentuk entrepreneur muda dan itu harus kita dorong. Jangan diarahkan jadi seperti orang tuanya saja, atau harus jadi PNS saja," ungkap Nasir seperti dikutip dari rilis resmi Kemenristekdikti.

Selama pemerintahan lima tahun terakhir, Menristekdikti berbangga mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi menjadi kalangan dominan dalam kesuksesan program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kemenristekdikti yang sudah melahirkan 1.307 startup berbasis teknologi.

Kreativitas jadi kunci

Menristekdikti Mohamad Nasir saat memberikan Kuliah Umum Kegiatan Kemahasiswaan pada Era Revolusi Industri 4.0 di Universitas Nahdlatul Ulama (Unusida) Sidoarjo (8/4/2019).Dok. Kemenristekdikti Menristekdikti Mohamad Nasir saat memberikan Kuliah Umum Kegiatan Kemahasiswaan pada Era Revolusi Industri 4.0 di Universitas Nahdlatul Ulama (Unusida) Sidoarjo (8/4/2019).

"Iran untuk menjadikan startup seribu perlu sepuluh tahun. Indonesia mencapai 1.300 startup hanya dalam masa lima tahun pemerintahan Presiden Jokowi," jelas Menteri Nasir.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Sidoarjo Syaiful Ilah juga menyampaikan kepada para mahasiswa agar mencari kemampuan yang tidak bisa digantikan oleh mesin, yaitu kreativitas.

"Karena kemajuan teknologi informasi bergerak dengan cepat dan mengubah dunia secara modern di berbagai bidang. Kegiatan industri akan dialihkan ke teknologi digital. Hanya kreativitas yang tidak bisa tergantikan oleh mesin," jelas Bupati Sidoarjo Syaiful Ilah.

Ia melanjutkan, "Kreativitas menjadi kunci dari kemandirian. Nanti diharapkan akan semakin banyak muncul para wirausahawan wirausahawati muda yang dapat membantu memecahkan masalah sumber daya manusia di masa yang akan datang." 

Bidikmisi pesantren

Dalam kesempatan sama, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) Fatkul Anam mengapresiasi dukungan Kemenristekdikti bagi pengembangan mahasiswa di perguruan tingginya yang baru berumur empat tahun tersebut.

Salah satunya melalui alokasi beasiswa Bidikmisi yang mencapai 300 penerima dari empat angkatan pertama Unusida.

"Harapan kita bersama di masa yang akan datang semoga kuota Bidikmisi untuk mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo ini dapat ditambah lebih banyak lagi," ujar Rektor Unusida.

Ia menambahkan, "Seiring dengan manfaat yang diperoleh terutama bagi anak-anak kita dari pesantren yang kurang mampu yang mempunyai keinginan luar biasa berkuliah di perguruan tinggi." 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau