KOMPAS.com - Hampir 90 persen data yang ada di dunia dihasilkan dalam dua tahun terakhir. Namun analis dan pembuat kebijakan tidak mungkin memahami banyaknya data yang terkumpul dalam waktu singkat itu jika masih dalam "bentuk mentah".
“Supaya (data) bisa dilihat dan memberikan informasi akurat butuh visualisasi yang tepat. Jadi ga asal-asalan,” kata peneliti Litbang Kompas Luhur Fajar Martha dalam workshop "Pengelolaan dan Visualisasi Data untuk Pengambilan Keputusan Strategis" yang diadakan DQLab, Sabtu (23/03/2019) lalu.
Dalam hal ini, visualisasi data dapat membantu pengambil keputusan membuat kebijakan efektif dengan efisien.
Luhur menjelaskan, “Orang yang paling menikmati desain (visualisasi data) pada umumnya adalah pengambil keputusan. Pengambil keputusan itu bisa macam-macam artinya, di level tertinggi di korporasi itu CEO, kalau di pemerintahan misalnya kepala pemerintahan atau kepala daerah, atau pimpinan-pimpinan instansi lainnya."
"Pasti pucuk pimpinannya, karena mereka adalah orang yang paling membutuhkan informasi secara cepat, akurat, dan tidak bias,” jelasnya.
Pengalaman serupa dirasakan Reno, pegawai negeri salah satu kementerian Indonesia sekaligus peserta workshop visualisasi data dengan "R" dari DQLab ini. "Untuk kita membuat keputusan penting atau kebijakan, sangat dibutuhkan visualisasi," ujar Reno.
"Untuk board meeting, atau kita sebagai analis, itu sangat terbantu apabila ada visualisasi. Dan meetup ini memberikan insight, bagaimana caranya visualisasi dengan "R studio" dan itu sangat membantu bagi saya,” urai pria yang menyukai fitur live coding di platform online pembelajaran Data Science DQLab.
“Visualisasi data itu kata kuncinya atraktif dan informatif,” tegas Luhur. Ia menambahkan, “Durasi (pembuatan visualisasi data) disesuaikan dengan kebutuhan."
"Bisa sangat cepat, karena sifatnya kepentingan praktis sehingga butuh menyampaikan informasi dengan cepat. Bisa juga memakan waktu cukup lama karena proses desainnya lebih banyak," jelasnya.
“Yang membedakan desain membutuhkan waktu lama untuk dibuat atau tidak itu lebih kepada seperti apa kita menemukan desain yang lebih akurat dan informatif, bagaimana memadukan (akurasi dengan informasi). Bagaimana sampai kita ketemu titik di mana dia informatif tapi tetap akurat, dan menarik. Atraktif,” kata Arif.
Visualisasi data atraktif bergantung bagaimana data disajikan. Menurut Luhur, “Grafis dan chart itu model lama. Dengan perkembangan teknologi saat ini, saya rasa bentuk (visualisasi data) itu sudah tidak ada limitnya.
Artinya, penyajian visualisasi data kini bisa tampil sangat bervariasi mulai dari dua dimensi, tiga dimensi, dan seterusnya. Jadi sangat bergantung pada kreativitas dari si desainernya. Luhur menambahkan, “Tidak ada batasan-batasan yang membatasi (desain) apa yang bisa dia buat.”
Selain belajar visualisasi data dari Luhur, peserta workshop yang juga merupakan anggota kursus Data Science online DQLab berkesempatan mempraktikkan visualisasi data bersama Feris Thia, Data Science & Big Data System Architect PHI Integration.
Workshop yang diikuti 35 anggota DQLab pertama yang mengunggah sertifikat 'Data Visualization in Data Science using R' di Linkedin dengan hashtag #BelajarDataScienceDQLabxKompas ini merupakan workshop kesembilan dari rangkaian meetup dan workshop bulanan bersama praktisi Data Science.
Karir profesional Data Scientist, Data Analyst, dan Data Engineer kini menjanjikan gaji di atas 10 juta per bulan sejak fresh graduate. Kebutuhan akan SDM dalam bidang inipun sangat tinggi sehingga tersedia lebih banyak lowongan pekerjaan.
Bisa dikatakan, Data Scientist, Data Analyst, dan Data Engineer merupakan profesi terbaik di era digital ini.
Penulis: Jennifer Sidharta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.