KOMPAS.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan tahun 2022 Indonesia mampu menghasilkan baterai lithium secara mandiri.
Kebutuhan akan baterai lithium kedepan akan semakin meningkat, seiring dimulainya industri motor listrik dan mobil listrik di Indonesia.
Hal ini disampaikan Menristekdikti saat mengunjungi Pusat Pengembangan Bisnis dan Unit Produksi Baterai Lithium Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta (31/5/2019). Ia menjelaskan saat ini Indonesia tengah mengembangkan teknologi guna memproses bahan baku lithium di Halmahera dan diperkirakan tahun 2021 sudah terbangun.
"Saat Halmahera sudah terbangun, bahan baku lithium sudah tersedia. Maka tahun 2022 atau 2023 kita sudah bisa memproduksi baterai lithium secara mandiri. UNS sudah jalan, tinggal membuat sistem otomatisasi," ujar Menristekdikti.
Dalam kesempatan tersebut Rektor UNS Jamal Wiwoho melaporkan engembangan baterai lithium UNS yang dimulai sejak tahun 2012 sejalan dengan pencanangan program Mobil Listrik Nasional (MOLINA).
Baca juga: 10 Universitas Negeri dengan Jumlah Penelitian Terbanyak
"Baterai lithium yg dikembangkan UNS saat ini dapat diaplikasikan untuk kendaraan listrik dan alat penyimpan energi dari pembangkit energi yang terbarukan," ungkap Jamal.
Selain itu Rektor menyampaikan bahwa sampai saat ini sebagian besar bahan material digunakan produksi baterai lithium masih impor.
"Oleh karena itu, kami sudah merencanakan pengembangan ke depan akan menggunakan material aktif dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari dalam negeri," ungkap Jamal.
Sementara itu Ketua Tim Peneliti Teaching Factory Baterai Lithium UNS Agus Purwanto mengatakan hasil penelitiannya setelah diproduksi dalam skala penelitian menghasilkan 1.000 unit baterai/harinya bekerja sama dengan Pertamina.
"Kami bekerjasama dengan industri swasta seperti Pertamina dalam memproduksi baterai lithium UNS secara massal untuk kebutuhan pasar kendaraan listrik," pungkas Agus.
Seperti diwartakan dalam rilis resmi Kemenristekdikti, Menristekdikti mengapresiasi UNS yang telah mengembangkan baterai lithium ion sejak tahun 2012 dan saat ini sudah masuk dalam industri.
Menteri Nasir mengatakan baterai merupakan komponen penting bagi industri motor dan mobil listrik, oleh karena itu Indonesia harus mampu menghasilkan baterai lithium secara mandiri.
Menteri Nasir berharap baterai lithium UNS nanti dapat menyuplai kebutuhan salah satu industri motor listrik nasional yang baru tumbuh yaitu motor listrik GESITS.
"Jika dilihat dari kompetitornya yang sekelas dengan Honda yang harganya sampai Rp 60 juta, yang dijual oleh GESITS hanya Rp 23 juta, baterai yang menjadi tumpuannya yang nilainya 30 persen dari cost tersebut. Sangatlah tepat bagi UNS yang mengembangkan baterai lithium yang saat ini sudah masuk industri," tutur Nasir.
Menristekdikti berharap kedepan baterai bisa menjadi salah satu alternatif energi terbarukan di Indonesia mengingat fosil ketersediaannya sangat terbatas. Para peneliti dituntut senantiasa dapat mengembangkan inovasi di bidang ini demi masa depan Indonesia lebih baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.