KOMPAS.com - Lima mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) berhasil mengembangkan produk pembasmi jentik nyamuk menggunakan bahan utama dari limbah kulit jeruk nipis.
Kelima mahasiswa yang mengembangkan produk bernama Jentik Nyamuk Mati (Jemukti) itu terdiri atas Muhamad Imam Muhajir (FMIPA), Ajar Faflul Abror (FMIPA), Regi Admar Yusup (FMIPA), Sandi Sudjatmiko (FISIP), dan Diani Citra Ayu (Fikom) dengan dosen pembimbing Euis Julaeha.
“Alasan dipilih kulit jeruk nipis, yang pertama melalui penelusuran literatur yang melaporkan bahwa kandungan metabolit sekunder yang aktif terhadap jentik nyamuk banyak terkandung dalam jeruk nipis,” ujar Imam Muhajir, salah satu mahasiswa yang mengembangkan Jemukti, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/7/2019).
Dia melanjutkan, alasan kedua memilih jeruk nipis sebagai bahan utama karena penggunaannya yang meningkat. Hal itu dilihat dari para penjual sari jeruk nipis yang membuang kulitnya begitu saja.
Baca juga: 4 Mahasiswa UGM Ciptakan Alat Penepis Embun Upas untuk Minimalisasi Kerugian Petani
Jemukti berbentuk tablet dan berfungsi membasmi anak nyamuk atau jentik menggunakan teknologi effervescent. Teknologi ini membuat pengguna tidak perlu membubuhkan pembasmi jentik nyamuk ke genangan air, tetapi cukup dengan mencelupkan tablet tersebut dan secara otomatis akan larut dalam air.
“Teknologi granul effervescent yang ketika dimasukkan ke dalam air akan muncul gelembung yang membantu kelarutan produk dalam air,” imbuh Imam.
Jemukti terbuat dari bahan alami berupa kulit jeruk nipis yang diklaim lebih aman dari produk pembasmi jentik nyamuk lain yang umumnya menggunakan produk sintetis.
Hal itu membuat Jemukti lebih terjamin aman dan dampak negatifnya lebih minim jika air yang sudah dicampur produk itu ditelan oleh manusia.
“Bahan yang digunakan lebih aman karena dari ekstrak kulit jeruk, sedangkan produk pembasmi jentik nyamuk yang beredar di pasaran dari bahan sintetik yang mengandung organofosfat, berbahaya pada manusia,” ungkap Imam.
Dengan begitu, selain ditujukan untuk mengurangi jumlah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia, Jemukti juga diharapkan mampu mengurangi limbah kulit jeruk nipis.
Imam menambahkan, pengembangan produk tersebut didanai Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti setelah proposal yang mereka ajukan dinyatakan lolos.
Saat ini, dia dan kawan-kawan telah mulai memproduksi Jemukti, dan mereka pun berencana menjualnya untuk umum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.