FLS 2019: Saatnya Penguatan Literasi Tingkat Tinggi dan Digital!

Kompas.com - 26/07/2019, 19:16 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Literasi merupakan salah satu kunci kemajuan sebuah bangsa. Namun sayangnya, Indonesia masih termasuk negara dengan tingkat kemampuan membaca masih sangat rendah sehingga masih perlu kerja keras mengejar ketertinggalan.

Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat pembukaan "Festival Literasi Siswa (FLS) 2019" di Plaza Insani, Gedung Kemendikbud, Jakarta (26/7/2019).

FLS 2019 akan digelar dalam berbagai bentuk kegiatan dan berlangsung 26-29 Juli 2019. "Acara FLS ini sudah memasuki tahun ke-3. Gerakan Literasi ini merupakan cara untuk memotivasi agar gerakan literasi dapat berjalan dengan baik," ujar Didik Suhardi Sekjen Kemendikbud di awal sambutan.

Ia menyampaikan acara literasi ini dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia dan diikuti 45,2 juta siswa serta para guru, pegiat literasi, penerbit dan juga masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan mulai festival, pameran, workshop hingga lomba.

Perhatian literasi daerah

Dalam kesempatan terebut Mendikbud mendorong para pendidik untuk memahami makna literasi tidak sebatas pada kemampuan membaca saja.

Baca juga: Dapatkah Internet Jadi Solusi Meningkatkan Literasi Indonesia?

"Mungkin cara guru-guru kita mengajarnya kurang tepat atau tidak menggunakan metodologi yang tepat karena kalau soal membacanya saja kita sudah termasuk masyarakat yang gemar membaca. Membaca (saja) tapi tidak berusaha untuk bagaimana ketika membaca itu juga memahami," tegas Menteri Muhadjir.

Dalam kesempatan tersebut Mendikbud juga mendorong pemusatan kegiatan literasi dapat dilakukan di daerah-daerah di mana literasi baca dan dukungan buku bacaan masih sangat kurang seperti di provinsi Papua.

Hal senada juga disampaikan Direktur Pembinaan SMA (PSMA) Purwadi Sutanto. "FLS ini merupakan puncak apresiasi bagi sekolah, kegiatan masyarakat dan kelompok volunter  yang telah bekerja keras memajukan literasi Indonesia sekarang ini," ujarnya.

Menurutnya, pelaksanaan puncak acara FLS di daerah terpencil, yang masih memiliki tantangan besar memajukan literasi, dapat membuat berbagai pihak fokus dan memberikan energi positif bagi daerah tersebut dalam penguatan literasi.

Penguatan literasi digital

Direktur Pembinaan SMA (PSMA) Purwadi Sutanto saat mengunjungi salah satu stan Festival Literasi Siswa 2019 di Plaza Insani, Gedung Kemendikbud, Jakarta (26/4/2019).DOK. DIREKTORAT PSMA Direktur Pembinaan SMA (PSMA) Purwadi Sutanto saat mengunjungi salah satu stan Festival Literasi Siswa 2019 di Plaza Insani, Gedung Kemendikbud, Jakarta (26/4/2019).

Purwadi Santoso melanjutkan, tantangan dalam penguatan literasi jenjang SMA tidak lagi soal kemampuan baca dan pemahaman saja.

"Tujuan lulusan SMA harus memiliki 3 kompetensi: pertama karakter yang kuat, kedua memiliki literasi tingkat tinggi lalu yang ketiga memiliki kompetensi akademis dan vokasi karena mereka akan melanjutkan ke pendidikan tinggi," tegas Direktur PSMA.

Ia menyampaikan 'literasi tingkat tinggi' perlu didorong melalui perubahan model pembelajaran. "Siswa perlu dieksplor lewat pembelajaran project, problem solving, kolaborasi bagaimana mengomunikasikan ide atau kompetensi 4 C (kemampuan berpikir kreatif, kritis, komunikasi dan kolaborasi," tegas Purwadi.

Selain itu, ia juga mendorong penguatan literasi digital sebagai sebuah kebutuhan yang mutlak dikuasai siswa menyongsong era revolusi industri 4.0. 

"SMA memang kita dorong bukan hanya literasi baca tulis tapi juga literasi digital lewat karya-karya digital supaya mereka tidak gaptek (gagap teknologi). Ke depan anak-anak kita masuk era digitalisasi jadi perlu didorong ke arah digital. Mereka kreatif sekali dan kita mewadahi hal itu," ujarnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Wakil Dekan FMIPA UGM Ungkap Penyebabnya

Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Wakil Dekan FMIPA UGM Ungkap Penyebabnya

Edu
Beasiswa JIS untuk Siswa Kelas 8-10, Gratis Biaya Sekolah Sampai Lulus

Beasiswa JIS untuk Siswa Kelas 8-10, Gratis Biaya Sekolah Sampai Lulus

Edu
Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Edu
Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Edu
Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Edu
Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Edu
Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Edu
Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Edu
Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Edu
Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Edu
Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Edu
Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang 'Hadir' di Masyarakat

Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang "Hadir" di Masyarakat

Edu
39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

Edu
8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

Edu
Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Edu
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau