Mahasiswa UNS Raih Penghargaan Internasional dari Ampas Teh dan Limbah Sayur

Kompas.com - 22/10/2019, 18:37 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebanyak tiga mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil melakukan inovasi mengubah sisa pengolahan atau limbah barang yang digunakan sehari-hari menjadi sesuatu berguna.

Ketiga mahasiswa itu yakni Ruby Agil Hasan (D3 Agribisnis Agrofarmaka 2017), Muh Taufiek Heryansyah (D3 Agribisnis Hortikultura 2018), dan Panji Karuniatama Putra (D3 Agribisnis Hortikultura 2018).

Bahkan penemuan mereka itu mendapatkan dua penghargaan berupa medali emas dan penghargaan khusus dari Sri Lanka pada ajang “The 2nd World Invention and Technology Expo (WINTEX)” di Jakarta.

Mahasiswa UNS ini mengangkat tema penelitian “Mengoptimalkan Potensi Ampas Teh, Limbah Sayur Pasar dan Kotoran Ternak sebagai Pupuk Organik Cair di Desa Kemuning, Karanganyar”.

Belajar dari kegagalan

Menurut Taufiek, seorang anggota tim, hal melatarbelakangi inovasi tersebut adalah keberadaan limbah ampas teh yang melimpah di Desa Kemuning sebagai penghasil teh terbanyak di Karanganyar.

“Selain itu, mata pencarian penduduk sekitar juga peternak hewan, seperti kambing dan sapi dengan limbah kotoran ternak. Tidak kalah potensialnya, terdapat pasar tradisional Kemuning, di mana banyak sayuran yang terbuang percuma atau busuk dan menjadi limbah,” ucap Taufiek, seperti dipublikasikan di laman resmi UNS.

Timnya melakukan persiapan awal dengan melakukan pendaftaran produk ke WINTEX untuk dikurasi dan dinyatakan lolos. Kemudian pada tahap pembuatan produk, tim ini berhasil setelah dua kali percobaan.

Baca juga: Prof Dyah Budiastuti: Manajemen Strategi Bisnis Kini Perlu Inovasi Teknologi

Pembuatan pupuk sempat gagal pada percobaan pertama karena wadah berupa botol air mineral yang digunakan terlalu sempit.

“Karena sempit dan kecil, botol itu mengeras dan penuh dengan gas. Semua pupuknya tumpah. Akhirnya kami gunakan bahan dan alat yang lebih banyak di percobaan kedua. Botolnya juga lebih besar. Setelah seminggu, produknya berhasil dan kami kemas dalam botol putih dengan daya tampung 500 mililiter,” tambah Taufiek.

Siap bersaing global

Produk yang dihasilkan tim itu diberi nama “Tealof Wilavette (Tea Waste As Liquid Organic Fertilizer With Livestock Manure and Vegetable Market Waste)”.

Mereka mengharapkan produk tersebut bisa dipasarkan pada masa mendatang. Namun, mereka akan mengkaji lebih dalam lagi mengenai harga produk supaya bisa dapat dijangkau oleh petani-petani kecil.

Selain itu, strategi pemasarannya pun akan ditinjau ulang agar mampu bersaing dengan produk sejenisnya di pasaran.

“Kami juga berharap produk tersebut mendapatkan paten dari UNS. Selama kompetisi kemarin kami mendapat bimbingan dan dukungan penuh dari Bapak Raden Kunto Adi selaku Kepala Prodi D3 Agribisnis, juga admin prodi dan Sekolah Vokasi UNS,” ungkap Taufiek.

Dia pun menuturkan, WINTEX merupakan kompetisi pameran produk kelas internasional yang diselenggarakan oleh Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA).

Para pesertanya harus bersaing dengan peserta lain dari berbagai negara di dunia, serta berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau