KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa tingkat akhir di sejumlah kampus meminta keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di semester selanjutnya bila tak berhasil menyelesaikan skripsi di semester ini. Hal itu untuk memperingan pengeluaran biaya kuliah yang dikeluarkan para mahasiswa.
"Harapan saya UKT satu semester digratiskan," kata mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Tanjung Pura Kalimantan Barat, Kiki saat dihubungi Kompas.com.
Saat ini, Kiki hanya memiliki uang untuk bertahan hidup untuk beberapa waktu ke depan. Ia juga belum mengetahui kapan situasi wabah pandemi corona di Indonesia akan selesai.
"Saya khawatirnya wabah ini bikin krisis, dan bisa-bisa sampe setahun ke depan baru normal lagi," tambah Kiki.
Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Jawa Tengah, Nugi serupa dengan Kiki. Ia meminta untuk UKT semester selanjutnya bisa digratiskan untuk mahasiswa tingkat akhir.
"Saya minta Mas Nadiem, kalau bisa UKT semester ini dialihkan untuk semester depan," ujar Nugi saat dihubungi Kompas.com.
Nugi menceritakan, saat ini ia harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli literatur-literatur penunjang penulisan skripsi. Ia mengatakan akses perpustakaan juga ditutup di tengah kebijakan kampus terbaru.
"Padahal buku sebagai penunjang utama skripsi. Pengeluaran skripsi jadi bertambah ya itu diantaranya kesulitan mencari literarur. Mau tak mau beli online," ujar Nugi.
Ia berharap juga ada pengembalian UKT semester yang sedang berjalan saat ini sebesar 50 persen. Menurutnya, saat ini mahasiswa di UNS tak bisa menggunakan fasilitas di kampus.
Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia, Fikri mengatakan tugas akhirnya juga mesti selesai di semester ini meski diberikan tambahan satu semester. Menurutnya, ia tak ingin menjadi beban bagi orangtuanya yang harus membayar tambahan biaya UKT.
Mahasiswa tingkat akhir tingkat Sarjana Strata Satu (S1) di Indonesia terancam tak bisa menyelesaikan tugas akhir skripsi di tengah penyebaran wabah corona.
Penerapan pembatasan fisik (physical distancing) membuat sejumlah agenda pengerjaan skripsi seperti bimbingan skripsi dan kesulitan pencarian literatur serta studi lapangan.
Nugi mengatakan, ia terhambat untuk melakukan penelitian ke berbagai instansi karena keterbatasan akses di tengah corona.
Selain itu, ia merasakan kesulitan untuk melakukan wawancara ke narasumber untuk menyelesaikan skripsi.
"Kalau skripsi selesai semester ini tak mungkin. Minimal selesai di semester 9," kata Nugi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.