Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi Covid-19, Guru Besar UGM: Momentum Tepat Berhenti Merokok

Kompas.com - 30/05/2020, 13:21 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei di tengah pandemi Covid-19 dinilai dapat menjadi momentum tepat untuk hidup lebih sehat tanpa rokok.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Yayi Suryo Prabandari.

Yayi menyebut, pandemi Covid-19 bisa menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia, khususnya para perokok untuk berhenti merokok.

“Mari jadikan pandemi Covid-19 jadi momentum untuk berhenti merokok,” ajak Yayi yang juga merupakan Ketua Quit Tobacco Indonesia, Sabtu (30/5/2020), seperti dilansir dari laman UGM.

Baca juga: Tahun Ajaran Baru Juli, Ikatan Dokter Anak: Kemungkinan Wabah Belum Teratasi

Ajakan ini didasari adanya peningkatan risiko penularan virus corona sekaligus memperberat komplikasi penyakit akibat Covid-19 di kalangan perokok.

Risiko infeksi corona lebih parah hingga bahayakan kesehatan anak

Aktivitas merokok, menurut dia, rentan menjadi wahana penularan Covid-19 karena melibatkan kontak jari yang mungkin terkontaminasi dengan mulut secara intens.

Hal tersebut memberikan peluang bagi virus untuk berpindah dari jari tangan ke mulut lalu masuk ke dalam tubuh.

Lebih lanjut dijelaskan Yayi, perokok tidak hanya lebih rentan terhadap virus corona. Apabila perokok terinfeksi virus ini, maka akan memperberat kondisi tubuhnya.

Selain itu, dampak negatif merokok tak hanya bagi kesehatan diri sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan sekitar.

Baca juga: Talkshow LTMPT Prosedur Pendaftaran UTBK-SBMPTN 2020, Ini Jadwalnya

Dengan menghentikan kebiasaan merokok, maka hal itu dapat melindungi anggota keluarga lain dari paparan rokok, terutama bila ada anak remaja.

Yayi mengimbau pada masyarakat, terutama di level keluarga, untuk melindungi anak-anak agar tidak menjadi perokok.

Pasalnya, banyaknya perokok muda, dikatakan Yayi, salah satunya dikarenakan adanya contoh di keluarga dan kemudahan dan murahnya akses mendapatkan rokok.

"Rokok dijual di mana-mana, bahkan di warung-warung dekat rumah pun ada ada sehingga anak-anak mudah mendapatkannya,” paparnya.

Data Riskesdas 2013 mencatat sekitar 80 persen perokok dengan jumlah total kurang lebih 16 juta orang, memulai merokok di usia di bawah 19 tahun.

Tips berhenti merokok secara bertahap

Dosen pada Departemen Perilaku, Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FKKMK UGM ini memahami bahwa berhenti merokok bukan hal yang mudah dilakukan.

Baca juga: Dibuka, Pendaftaran Beasiswa S1 di 8 Perguruan Tinggi BUMN 2020

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau