Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menristek: Mutasi D614G Tidak Hambat Pengembangan Vaksin Merah Putih

Kompas.com - 03/09/2020, 09:28 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menegaskan mutasi D614G tidak akan menghambat pengembangan vaksin Merah Putih.

Menteri Bambang mengimbau masyarakat tidak perlu panik berlebih terhadap mutasi D614G, namun harus tetap waspada penuh dan disiplin menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.

“Perkembangan Vaksin Merah Putih yang dikembangkan Eijkman saat ini sudah mencapai 40 persen dari keseluruhan tahapan. Sedang disiapkan sel mamalia, sel ragi, dan akhir tahun uji pada hewan," tutur Menristek di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta (2/9/2020).

Bambang melanjutkan, "Awal 2021 vaksin bisa diberikan kepada Bio Farma untuk scale up produksi dimulai uji klinis tahap I,II,III.” 

Kemandirian vaksin

Menteri Bambang mengungkapkan setidaknya Indonesia membutuhkan 300-400 juta ampul vaksin Covid-19, mengingat Indonesia merupakan negara dengan penduduk 260 juta jiwa.

Oleh karena itu Menteri Bambang menyampaikan pentingnya kemandirian pengembangan vaksin Covid-19. Menteri Bambang mengapresiasi banyak peneliti dari berbagai instansi terlibat berupaya mengembangkan dan melahirkan bibit vaksin yang nantinya siap diproduksi.

Baca juga: Kemenristek Akan Segera Uji Vaksin Merah Putih

Menteri Bambang menyampaikan pihaknya mengidentifikasi lima institusi yang mengembangkan Vaksin Merah Putih untuk mengatasi pandemi Covid-19:

  • Lembaga Eijkman mengembangkan vaksin berbasis platform subunit protein rekombinan dan inactivated virus atau virus yang dilemahkan.
  • Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan tiga platform yaitu DNA, RNA, dan virus like particle.
  • Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga masing-masing mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus.
  • Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan.

Menteri Bambang mengatakan, mutasi pada virus corona tipe SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak akan mengganggu upaya pengembangan vaksin yang saat ini tengah dilakukan. 

Mutasi D614G

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio membenarkan hal tersebut.

Amin menjelaskan mutasi virus ini tidak merubah struktur maupun fungsi dari receptor-binding domain (RBD) atau domain pengikat reseptor yang bertugas menjangkiti bagian protein manusia.

Amin mengatakan kinerja vaksin tidak akan terganggu selama vaksin ditujukan pada RBD yang merupakan bagian dari virus spike yang dijadikan target vaksin.

“Meskipun perubahan terjadi pada spike protein, namun pada lokasi yang berbeda. Sehingga receptor-binding domain (RBD) tidak terganggu, selama vaksin ini ditujukan terhadap RBD maka tidak akan mengganggu kinerja vaksin,” terang Amin.

Amin mengatakan di Indonesia telah mengirim 24 sampel virus genom atau whole genom sequencing (WGS) SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ke lembaga global GISAID.

Dari 24 sampel virus genom tersebut, sembilan diantaranya mengandung mutasi D614G. Rinciannya dua dari Surabaya, tiga dari Yogyakarta, dua dari Tangerang dan Jakarta, dan dua dari Bandung.

Bahkan sebenarnya, sebelumnya ditemukan pertama kali di Jerman dan China pada Januari 2020.

Namun, mengutip pernyataan Presiden GISAID mengklaim bahwa D614G ini tidak berbahaya, karena belum ada bukti yang menyatakan mutasi virus D614G menjadi lebih ganas dan berbahaya dibandingkan Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau