KOMPAS.com - Ketika masih kecil, anak suka bermain. Ini karena dunia anak adalah bermain. Melalui bermain anak mengekspresikan minat dan kemampuannya, baik kemampuan afektif, kognitif, maupun motorik.
Dengan bermain, anak dapat mengasah imajinasinya sehingga nantinya akan menjadi pribadi yang kreatif. Untuk itu dibutuhkan dorongan agar anak mau bermain.
Namun ketika usia tiga tahun, anak mengalami perkembangan otak, di mana pada anak usia dini memori anak menyimpan banyak rekaman setiap pengalaman pribadinya. Pada usia ini anak sudah dapat diberi pemahaman dan pengetahuan.
Metode penyampaian materi pemahaman dan pengetahuan itu harus menyenangkan, sehingga anak akan menikmati proses belajar, menyukai proses belajar dan akhirnya akan terus belajar sepanjang hayatnya.
Baca juga: Liburan di Rumah, Yuk Ciptakan Pembelajaran Menarik bagi Anak
Hal yang harus dilakukan orang tua adalah melakukan pendampingan kepada anak. Di sela-sela kesibukan orang tua, terutama ibu, harus mendampingi atau menemani anak bermain minimal 1-2 jam dalam sehari.
Dalam arti benar-benar bermain dengan anak, bukan hanya menemani anak bermain, sementara orang tuanya sibuk dengan pekerjaan yang lain, atau sibuk dengan HP, atau menonton televisi. Orang tua harus benar-benar masuk dalam dunia anak, sambil memahami pikiran anak.
Melansir laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, Minggu (27/12/2020), berikut ini 8 contoh bermain bermakna bersama anak:
Bermain peran baik dengan menggunakan media permainan atau tanpa media permainan. Contoh bermain peran, misalnya: bermain masak-masakan, anak berperan sebagai koki dan orang tua sebagai pembeli makanan.
Atau, bermain mobil-mobilan, anak berperan sebagai sopir dan orang tua sebagai polisi. Atau, bermain dokter-dokteran, anak berperan sebagai dokter dan orang tua sebagai pasien.
Manfaat bermain peran adalah dapat menstimulasi daya imajinasi anak. Daya imajinasi penting bagi anak untuk menjadi kreatif, baik dalam berpikir maupun bertindak.
Manfaat lain yaitu dapat meningkatkan kemampuan afektifnya, misalnya meningkatkan minat belajar, meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi.
Misalnya bermain puzzle, lego, balok kayu, menyusun gelas plastik, dan lain-lain. Ketika bermain menyusun benda, hendaknya orang tua memberi contoh dan kemudian membiarkan anak mengeksplor sendiri apa yang dilihat dan dipahaminya.
Jika susunan belum benar atau anak menyusun dengan sesuka hatinya, orang tua sebaiknya terus memotivasi dan tidak mengatakan bahwa pekerjaannya salah. Dengan demikian secara afektif, anak akan dilatih untuk berani mencoba dan percaya diri. Secara kognitif, anak dilatih untuk menganalisa sesuatu dan mencobanya.
Misalnya bermain dengan kartu bergambar, mewarnai gambar, menggambar/melukis, bermain dengan buku aktifitas, dan lain-lain. Bermain dengan gambar secara afektif akan melatih minat dan motivasi anak untuk belajar.
Pemahaman dan pengetahuan dapat dikenalkan dengan bermain menggunakan gambar, misalnya mengenal warna, mengenal nama benda, mengenal nama-nama dalam keluarga, dan sebagainya, sesuai tema gambar.