KOMPAS.com - Banyak orang masih merasa bingung dalam memahami kaidah bahasa Indonesia dan kurang tepat saat mempraktikkannya, baik mengenai kosakata maupun tata bahasa.
Hal itu bisa ditemukan antara lain di media elektronik ataupun cetak, buku, film, dan berbagai fasilitas umum.
Salah satunya tentang penggunaan kata berimbuhan, khususnya menyangkut peluluhan fonem (huruf) pada kata dasar berawalan huruf k, p, s, dan t yang memperoleh imbuhan me- dan pe-.
Peluluhan itu merupakan bagian dari morfofonemik, yaitu perubahan fonem yang terjadi sebagai akibat pertemuan antara morfem (kata atau suku kata) yang satu dan morfem lain. Tujuannya untuk mempermudah pelafalan.
Baca juga: Peminat Bahasa Indonesia di Australia Turun, Ini Solusi yang Diusulkan...
Contohnya, mana yang benar dari kata berawalan me- pada pilihan berikut ini: mengoordinasikan atau mengkoordinasikan, mempopulerkan atau memopulerkan, menyukseskan atau mensukseskan, dan meneror atau menteror?
Contoh lain, mana pula yang benar: mengkritik atau mengritik, memplester atau memlester, memprotes atau memrotes, menstabilkan atau menyetabilkan, dan mentransfer atau menransfer?
Kemudian, menyangkut peluluhan kata dasar yang berawalan pe-, apakah yang benar pengkoleksi atau pengoleksi, penambak atau petambak, pengrajin atau perajin, dan pesilat atau penyilat?
Untuk menjawab sejumlah pertanyaan itu, perlu diketahui dasarnya terlebih dahulu. Menurut Penyuluh Kebahasaan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Wisnu Sasangka, peluluhan fonem pada kata dasar berawalan huruf k, p, s, dan t terjadi karena adanya kemufakatan para pakar dan penutur bahasa.
“Dasar yang utama adalah kehomorganan bunyi itu. Semacam kesepakatan para ahli bahasa,” ucap Wisnu ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (7/1/2021).
Sementara itu, Ivan Lanin selaku aktivis bahasa Indonesia sekaligus Direktur Utama Narabahasa menuturkan, morfofonemik atau perubahan yang berbentuk peluluhan itu tercipta agar suatu kata lebih mudah dilafalkan dan lama-kelamaan menjadi kebiasaan.
Baca juga: Cerita Kurt Hugo Schneider Latihan Bahasa Indonesia Pakai Lagu Andmesh
“Kembali ke kaidah morfofonemik, memang kata yang diawali dengan huruf-huruf itulah (k, p, s, dan t) yang terasa sulit dilafalkan tanpa ada peluluhan. Contohnya, lebih mudah melafalkan ‘memakai’ daripada ‘mempakai’. Kaidah itu digali dari kebiasaan penutur,” ujar Ivan.
Dirangkum dari berbagai sumber, termasuk buku berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, berikut ini penjelasan mengenai aturan peluluhan fonem:
Kata dasar yang berawalan huruf konsonan tunggal k, p, s, dan t menjadi luluh jika mendapat imbuhan me- dan pe-. Dengan kata lain, jika huruf kedua pada kata dasar tersebut adalah huruf vokal maka akan luluh.
Contoh:
- kampanye menjadi mengampanyekan
- pesona menjadi memesona
- suplai menjadi menyuplai
- taat menjadi menaati
- kabar menjadi pengabaran
- potong menjadi pemotongan
- sebar menjadi penyebaran
- titip menjadi penitipan