KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) telah meluncurkan program Kampus Mengajar Angkatan 2 Tahun 2021.
Ketua Sub-Pokja Kampus Mengajar, Ditjen Dikti, Wagiran beberapa waktu lalu mengatakan, Kemendikbud Ristek akan menempatkan 17.000 mahasiswa di 3.400 SD dan 3.000 mahasiswa di 375 SMP di seluruh Indonesia.
Dijelaskan Wagiran, mahasiswa akan mendapat konversi 20 SKS yang dapat memenuhi persyaratan kuliah dan diakomodasi di kampus untuk diakui.
Tak sekadar manfaat SKS atau uang saku, program Kampus Mengajar memungkinkan mahasiswa mendapatkan pengalaman untuk berkontribusi dalam kegiatan pembelajaran di masa pandemi, terutama untuk SD di daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal).
Baca juga: 10 Sarjana Tertua di Dunia, Bukti Pendidikan Tak Dibatasi Usia
Pengalaman inilah yang menjadi motivasi Ristiana, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) untuk mengikuti Program Kampus Mengajar di sela-sela pengerjaan skrispsinya.
“Kebetulan kalau saya pribadi daftar kampus mengajar cuma sekedar coba-coba saja, buat menambah pengalaman. Program ini baru pertama kali diadakan, jadi kayak seru kalau melihat kegiatan yang akan kita lakukan dan juga bisa menambah pengalaman utamanya di bagian soft skill,” ungkap Risti seperti dirangkum dari laman Unair News, Selasa (27/7/2021).
Berawal dari informasi yang didapat dari teman dan sosial media, Risti memberanikan diri untuk mendaftar dalam Program Kampus Mengajar Angkatan 1 yang dibuka pada tanggal 9-21 Februari 2021. Dari situlah Risti mulai menyiapkan semua berkas yang dibutuhkan untuk pendaftaran.
“Sampai ke tahap seleksi pertama Alhamdulillah keterima, kemudian ada tahap survei kebhinekaan dan Alhamdulillah bisa keterima masuk ke program ini. Sedikit bangga juga sama diri sendiri, bisa keterima program ini dari pesaing yang hampir mencapai 30 ribu mahasiswa,” ungkap Risti.
Baca juga: Cerita Siswi SMK Ranking Ke-33 di Kelas yang Lolos Masuk UI
Peserta yang lolos akan dikelompokkan berdasarkan domisilinya dengan mahasiswa dari universitas lain serta dibina oleh 1 Dosen Pendamping Lapangan.
Risti mendapatkan kelompok yang terdiri dari dirinya sendiri dan Vio (Universitas Airlangga), Wulan (Universitas Negeri Malang), Diyah dan Safira (Universitas Negeri Jember), Haris (Universitas Pendidikan Ganesha), dan Kumala (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya). Sesuai dengan domisili pendaftar, Risti dan kelompoknya ditempatkan di SD Negeri Kenjo yang berlokasi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
“Saya kebagian mengajar di kelas 1, jadi saya menerapkan belajar sambil bermain. Saya biasanya menyampaikan materi sambil bawa alat peraga, video edukasi serta menggunakan media lagu,” terang mahasiswa prodi S1 Kesehatan Masyarakat Unair PSDKU Banyuwangi angkatan 2017 tersebut.
Selain mengajar, imbuh Risti, mereka juga membantu administrasi sekolah seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), merekap keluar masuknya surat, koreksi soal ujian, membuat rapor kenaikan, dan melakukan kegiatan penghidupan perpustakaan juga.
“Oh iya sama kemarin kebetulan bersamaan dengan kegiatan pondok Ramadhan dan Hari Kartini. Kami juga mengadakan kegiatan sosialisasi penerapan PHBS setelah Ujian Tengah Semester, jadi pas siswa lagi free dan tidak mengganggu pembelajaran wajibnya,” imbuh Risti.
Baca juga: Beasiswa BRI Peduli 2021 bagi Mahasiswa S1: Biaya Pendidikan dan Uang Saku
Risti mengaku sempat terdapat kendala seperti seperti miss communication dengan guru-guru, sehingga kegiatan yang diadakan hampir berbenturan dengan jadwal kegiatan sekolah.
Selain itu, Risti juga mengatakan sempat ada kendala di akun MBKM yang kadang error ketika mengisi logbook, siswa yang sulit dikondisikan, serta kurangnya sarana. kekhawatiran untuk memberikan materi ke siswa (dihapus).