Penulis: Virgiona Elsandra H – Assistant Editor Business & Self Improvement
KOMPAS.com - Saat ini, bisa dikatakan mayoritas proposal start-up yang diajukan tidak jauh dari e-commerce atau ride hailing.
Sementara itu, unicorn-unicorn yang bermunculan tidak ada lagi yang berasal dari sektor itu, bahkan bisa dikatakan hampir semua e-commerce dan ride hailing yang baru, bertumbangan tidak lama setelah didirikan.
Tampaknya kita masih belum lepas dari mentalitas ala “Toko Bakmi”. Misalnya, jika kita lihat ada toko bakmi yang sukses, kita tergoda untuk membuat restoran di sebelahnya, dengan harapan mendapat cipratan rezeki.
Namun itu tidak berlaku di sektor digital, bahkan bisa dikatakan mentalitas seperti itu adalah resep untuk gagal.
Baca juga: Buku Pembelajaran Aktif di Masa Pandemi, Panduan bagi Guru Berinovasi
Mari kita lihat sekilas peta perusahaan digital di dunia seperti Google dan BAIDU sebagai mesin pencari, Facebook dan WeChat sebagai media sosial, WhatsApp dan WeChat sebagai aplikasi pesan singkat, Amazon, Alibaba, Tokopedia, dan Shopee sebagai e-commerce, serta UBER, Didi, Gojek, dan Grab sebagai ride hailing.
Deretan daftar tersebut berarti saat suatu digital enterprise berhasil mencapai market domination, dia hampir tidak mungkin tergoyahkan lagi.
Investor ahli yang berinvestasi pada unicorn memiliki sudut pandang bahwa saat dia membeli suatu perusahaan yang berpotensi menjadi unicorn, dia tidak sedang membeli perusahaan itu, melainkan dia sedang membeli the whole industry.
Tidak ada business me too dalam dunia ini, dan umumnya mereka akan menutup proposal bisnis yang ikut-ikutan setelah membaca satu atau dua halaman.
Namun benarkah market dominatior begitu tidak terkalahkannya?
Mereka memang sangat sulit ditumbangkan, namun bukan berarti mereka tidak bisa kalah.
Rupanya ada satu cara untuk mengalahkan market dominator, seperti yang disebut oleh Steve Jobs, yaitu menggunakan “Killer App”.
Baca juga: Kenali Impianmu lewat Buku Looking For The King of Fishing
Killer app secara singkat dijelaskan sebagai suatu solusi yang benar-benar istimewa, hingga sekali kita mencobanya, kita tidak ingin kembali ke yang lama.
Dengan kata lain, killer apps ini jauh berbeda dengan USP (Unique Selling Proposition) yang biasanya suatu keunikan kecil sudah bisa dianggap USP, misalnya nasi goreng rasa stroberu, nasi goreng Thailand, burger vegetarian, mobil dengan desain khusus, es krim rasa rujak, dan lain sebagainya.
Semuanya itu menggoda untuk dicoba, dan jika mereka suka, mereka mungkin akan mengkonsumsinya terus, namun itu bukanlah killer app.