Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UM Surabaya: Balik Mudik, Waspada Serangan Kutu Rambut

Kompas.com - 09/05/2022, 13:49 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Raya Idul Fitri atau lebih dikenal dengan istilah lebaran menjadi momen yang selalu dinantikan oleh setiap umat muslim di seluruh penjuru dunia. Momen lebaran tidak bisa dilepaskan dari tradisi mudik atau pulang kampung.

Tetapi, pada momen seperti ini siapapun juga harus waspada akan ancaman kutu rambut.

Sebab, beberapa keluarga yang mudik memilih untuk tidur bersama-sama saat bertemu sanak saudara.

Kegiatan tidur di satu ruang yang sama dengan banyak orang, menyebabkan terjadinya penularan penyakit, salah satunya yaitu infeksi kutu rambut kepala atau dalam bahasa ilmiahnya disebut sebagai Pediculus Humanus Capitis. 

Baca juga: 5 Alasan Pasangan Selingkuh, Ini Penjelasan Sosiolog Unair

Vella Rohmayani peneliti sekaligus Dosen Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboraturium Medis (TLM) UM Surabaya menjelaskan infeksi kutu rambut kepala bukanlah infeksi yang terbilang serius.

Namun, jika dibiarkan tanpa penanganan bisa memicu terjadinya gangguan kesehatan yang cukup serius.

Karena apabila infeksi terjadi secara terus menerus atau sudah terlalu lama, maka akan menyebabkan kulit menjadi keras, terjadi membengkak kulit kepala, serta pembentukan cairan.

“Jika penderita menggaruk kulit bekas gigitan kutu, maka dapat menyebabkan terjadi infeksi sekunder yang mengakibatkan pustula, krusta, dan proses penanahan. Penderita juga dapat mengalami gangguan tidur dan depresi mental,”ujar Vella dilansir dari laman UM Surabaya.

Vella menjelaskan Pediculus Humanus Capitis pada masyarakat dikenal dengan sebutan kutu rambut kepala. Spesies ini hidup di rambut kepala manusia, ia bersifat parasit karena bertahan hidup dengan cara menghisap darah di bagian kepala manusia.

Baca juga: Pakar UM Surabaya: Cara Membayar Utang Puasa yang Sudah Lama

“Keberadaan spesies ini sering kali membuat seseorang yang terinfeksi merasakan gatal yang sangat luar biasa di bagian rambut kepala, terkadang sampai menyebabkan terjadinya infeksi pediculosis. Anak perempuan umumnya lebih rentan terinfeksi kutu rambut dibandingkan dengan anak laki-laki,” imbuhnya lagi.

Vella menjelaskan, penularan kutu rambut dibagi menjadi dua cara, yaitu penularan secara langsung dan penularan secara tidak langsung.

Menurutnya, penularan secara langsung dapat terjadi melalui kontak langsung (dari rambut ke rambut) saat melakukan aktivitas, seperti bermain, tinggal, atau menginap bersama seseorang yang mengidap kutu rambut.

Selain itu, melakukan kontak fisik seperti menyentuh kepala dan berpelukan juga bisa meningkatkan risiko tertular kutu rambut.

Sedangkan penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui barang-barang yang dipakai penderitanya seperti sisir, bantal, handuk, topi, jilbab, pakaian maupun barang-barang lain yang telah dihinggapi kutu ramput kepala.

Baca juga: Intip Ide Bisnis Abon Kulit Pisang, Inovasi Mahasiswa ITS

Vella menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi kutu rambut, pertama, menjaga kebersihan rambut dengan cara melakukan keramas secara teratur.

Kedua, hindari kontak kepala saat melakukan aktivitas baik di dalam maupun di luar rumah, seperti saat bermain, belajar, olah raga, terutama berpelukan yang dapat menyebabkan risiko terjadinya penularan parasit ini.

“Terakhir hindari berbagi barang atau pakaian pribadi seperti sisir, topi, jilbab, pita atau jepit rambut, ikat rambut atau ikat jilbab dan seterusnya, bersihkan sofa dan furnitur sejenis dengan vacuum cleaner secara berkala,” tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com