KOMPAS.com - Psikolog Indri Savitri menjelaskan bahwa aspek sosial-emosional merupakan salah satu aspek yang penting dipahami orangtua untuk mengasah kemandirian, adaptasi, dan penemuan jati diri anak dan remaja, termasuk bagi anak dan remaja berkebutuhan khusus.
Karena itu, Indri yang juga merupakan Wakil Kepala Kurikulum Sekolah Cikal menjelaskan bahwa memahami aspek perkembangan sosial emosional terhadap fungsi adaptif anak dan remaja berkebutuhan khusus menjadi salah satu langkah tepat memetakan pengembangan diri anak berkebutuhan khusus.
Indri menjelaskan bahwa perkembangan sosial emosional merupakan sebuah keselarasan antara pengetahuan, keterampilan, pikiran, dan sikap yang ada dalam diri anak-anak.
Termasuk bagi anak berkebutuhan khusus untuk membangun rasa empati dan mengasah kepedulian dalam dirinya.
Baca juga: Tanpa Hukuman, Ini Cara Sukses BPK Penabur Latih Kedisiplinan Siswa
“Perkembangan sosial-emosional itu sebenarnya merupakan sebuah keselarasan dari pengetahuan, keterampilan, pikiran, dan sikap untuk mendapatkan identitas diri yang sehat, mengelola emosi, dan meraih tujuan diri serta kelompok, bisa membangun empati dan dukungan yang akhirnya bisa membantu individu mengambil keputusan yang sehat, bertanggung jawab, dan menunjukkan kepedulian,” jelas Indri dalam sesi Parents Support Group.
Apabila orang tua telah dapat memahami makna sebenarnya, maka orang tua juga perlu mengerti bahwa apabila perkembangan sosial-emosional anak-anak, termasuk bagi anak berkebutuhan khusus telah bertumbuh dengan baik, maka perkembangan diri anak akan semakin optimal.
“Dari perkembangan sosial-emosional ini, maka beberapa aspek dalam diri anak juga berkembang, antara lain, terbentuknya identitas diri yang sehat, kemampuan untuk mengelola emosi, terbangunnya kepekaan terhadap orang lain, dapat membangun relasi sosial yang suportif, hingga anak dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab,” tambahnya.
Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi
Dalam kondisi pandemi yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun, Indri menuturkan bahwa terdapat beberapa dampak yang sebenarnya memengaruhi aspek sosial-emosional anak, antara lain sebagai berikut:
1. Regulasi emosi
Regulasi emosi merupakan kemampuan memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi. Dalam kondisi pandemi, Indri mengatakan bahwa anak-anak mengalami fase transisi dan menjadi lebih mudah sekali emosi.
2. Efikasi diri
Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri bahwa kita pribadi yang mampu.
“Dalam hal ini, anak yang mengalami learning loss, akan memiliki sebuah gap. Sehingga, anak berusaha untuk memiliki kemampuan yang harus dikuasai dengan kemampuannya saat ini. Dari sana juga, anak juga akan merasa, atau timbul keraguan terhadap dirinya,” tambahnya.
Baca juga: Orangtua, Ini Dampak Bila Sering Memarahi Anak Saat Belajar
3. Keterampilan sosial
Dalam kondisi pandemi yang memberikan batasan akan interaksi secara langsung, maka kemampuan untuk membangun komunikasi, perasaan, dan pikiran dalam konteks relasi dengan orang lain akan timbul jarak.
“Jarak yang ada membuat keterampilan sosial anak kurang terasah. Belajar daring dalam kondisi ini membuat anak menjadi tidak punya sahabat dan hal ini membuat kepedulian sosialnya juga berkurang,” tutur Indri.
4. Kesehatan mental
Pandemi juga pastinya memberikan tantangan tersendiri bagi anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus.
Di sinilah, Indri menekankan bahwa dibutuhkan strategi mengatasi masalah dan adaptasi, karena dampak pandemi membuat anak stres atau menghadapi tekanan, serta transisi dalam fase tumbuh kembangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.