Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Pernikahan Dini Menurut Pakar UM Surabaya, Picu Kanker Rahim

Kompas.com - 15/06/2022, 16:42 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Fenomena pernikahan usia dini masih terus saja terjadi. Seperti yang terjadi di Sulawesi Selatan baru-baru ini. Sepasang muda mudi berusia 15 tahun dan 16 tahun melangsungkan pernikahan.

Padahal melakukan pernikahan dini menimbulkan berbagai dampak. Menurut Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Fulatul Anifah, praktik perkawinan dini selain merusak masa depan anak, merampas hak asasinya selain itu juga akan berdampak pada kesehatannya.

Salah satu risiko yang bisa terjadi karena adanya pernikahan dini adalah kanker rahim dan stunting.

Baca juga: UNS Gabung Dalam Ekspedisi Bengawan Solo 2022, Apa Saja Misinya?

Risiko pernikahan dini

Fula menerangkan, beberapa dampak terjadinya pernikahan dini yakni risiko masalah kesehatan karena harus hamil dan bersalin pada usia yang belum matang secara reproduksi.

Sehingga berisiko pada kecacatan pada anak hingga ibu meninggal saat melahirkan.

Menurutnya leher rahim seorang remaja perempuan masih sensitif jika dipaksakan untuk hamil dan berisiko mengalami kanker leher rahim di kemudian hari.

Fula menjelaskan, usia reproduksi sehat bagi perempuan adalah pada usia 20 hingga 30 tahun.

Baca juga: Waspada Bullying di Sekolah, Ini Dampaknya bagi Korban dan Pelaku

Risiko menderita anemia selama masa kehamildan dan saat melahirkan juga dapat terjadi ketika pernikahan usia dini.

"Mereka masih dalam usia remaja dimana pada usia ini adalah masa pertumbuhan yang memerlukan gizi lebih banyak. Sehingga apabila terjadi kehamilan maka akan terbagi penyerapan gizi pada ibu dan janin," urai Fula seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Rabu (15/6/2022).

Picu masalah stunting

Fula menyampaikan, dampak terjadinya pernikahan dini juga berisiko menyebabkan kurangnya gizi pada ibu yang berisiko muncul anemia dalam kehamilan.

Selain itu juga menyebabkan kurangnya nutrisi ke janin yang nantinya dapat memicu munculnya masalah stunting.

Fula menyampaikan, masalah stunting ibarat seperti lingkaran siklus, bahwa ibu yang stunting akan melahirkan anak stunting.

Baca juga: Undiksha Buka 8 Prodi Sarjana Terapan

Dia menegaskan, pentingnya remaja mendapatkan informasi yang baik.

Itu bertujuan, agar tidak salah menentukan rencana masa depan baik dalam hal pendidikan, pernikahan, termasuk kesehatannya.

"Serta menjadi pelopor remaja sehat dana kan melahirkan generasi masa depan yang berkualitas," tegas Fula.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau