KOMPAS.com - Gizi memegang peran penting dalam tumbuh kembang anak, termasuk mempengaruhi kualitas belajarnya di sekolah. Sayangnya, masih banyak anak Indonesia yang mengalami masalah kesehatan hingga tumbuh kembang karena asupan gizi yang kurang baik.
Menurut data UNICEF dan Kementerian Kesehatan, anak usia sekolah saat ini memiliki tantangan besar, sehingga berpotensi untuk mengalami berbagai masalah. Beberapa di antaranya, sebanyak 65 persen anak Indonesia tidak sarapan, 12 persen remaja (16-18 tahun) mengalami kondisi kurus dan 29 persen bertubuh pendek.
Dokter spesialis anak, Dimple Nagrani mengatakan bahwa anak yang kurang mendapatkan asupan makanan sehat dan bergizi akan sulit fokus terhadap pembelajaran di sekolah. Padahal, menurutnya makanan bergizi tidak harus mahal.
Baca juga: Beasiswa S2-S3 ke Oxford, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 297 Juta
“Orangtua perlu memahami yang dimaksud makanan yang seimbang adalah makanan yang ada karbohidratnya, protein, lemak, dan buah-buahan yang berserat," ujar Dimple dalam acara Kampanye Sekolah Sehat (KSS) yang diluncurkan Kemendikbudristek RI dan didukung oleh AIA bersama Bobo di Jakarta Selatan, Senin (25/9/2023).
“Makanan sehat tidak perlu mahal, makanan sehat adalah makanan yang bervariasi. Protein hewani misalnya telur ayam, ikan, daging. Karbohidrat yang bervariasi supaya tidak bosan seperti roti, mie, pasta," imbuh Dimple.
Ia juga menjelaskan pada kondisi saat ini, banyak anak-anak sekolah yang terlalu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung gula tinggi. Padahal, gula tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah banyak. Setidaknya, sekitar 68,5 persen anak Indonesia mengkonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali sehari.
Baca juga: Beasiswa S2-S3 di Amerika bagi Perempuan, Tunjangan sampai Rp 773 Juta
“Banyak orangtua memberikan bekal yang praktis kepada anaknya, padahal gula itu membuat kecanduan. Jadi, kalau anak kita sudah suka, maka akan terus menerus meminta makanan manis tersebut,” ujarnya.
Selain bekal, anak-anak juga jajan makanan manis di sekolah sehingga menyebabkan gangguan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, peran guru sangat penting untuk mengawasi makanan yang dijual di sekolah.
“Misalnya si anak sudah dikasih bekal yang banyak gula dan jajan teh manis di sekolah, hal ini membuat anak sangat aktif di sekolah dan ngobrol sana-sini tidak mau diam. Guru menjadi kesal terhadap murid," ujarnya.
Ia menuturkan konsumsi gula untuk anak-anak diatas usia 2 tahun adalah 6 sendok per hari, jadi kalau minum produk kemasan dengan gula tinggi dapat menyebabkan menyebabkan obesitas, diabetes melitus,gangguan belajar serta gangguan emosional.
Ia mengatakan, peran orangtua dan guru sangat penting untuk memastikan status gizi yang akan diberikan kepada anak.
Baca juga: Beasiswa S2 ke Jepang, Tawarkan Tunjangan hingga Rp 22 Juta
“Kita sebagai orang dewasa yang harus memastikan asupan gizi mereka seimbang sehingga lebih fokus dalam menghadapi pembelajaran,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.