Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurikulum SMK Seni Tak Kreatif, Masih Tradisional

Kompas.com - 08/09/2009, 09:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kurikulum SMK seni tradisional perlu dibuat lebih kreatif untuk memenuhi kebutuhan pasar. Selama ini, kurikulum SMK seni tradisional terlalu terpatok pada aturan- aturan lama sehingga tak sesuai dengan tuntutan.

Sunardi, Ketua Himpunan SMK Kesenian Nusantara, di Yogyakarta, Senin (7/9), mengatakan, hal ini terutama terlihat pada kurikulum SMK jurusan pedalangan. Kurikulum di jurusan ini masih mengutamakan pembelajaran wayang klasik yang berlangsung semalam suntuk.

"Padahal, sekarang peminat wayang klasik terbatas pada kalangan orang tua. Kondisi masyarakat umumnya tidak memungkinkan lagi untuk menonton wayang semalam suntuk karena harus sekolah atau bekerja esok harinya,” ujar Sunardi, yang juga Kepala SMKN 1 Kasihan Bantul, Yogyakarta.

Menurut dia, kurikulum SMK pedalangan perlu diarahkan pada pertunjukan wayang yang lebih ringkas dan padat. Kurikulum juga perlu mengajarkan cara-cara menyajikan pertunjukan untuk anak-anak maupun remaja, misalnya wayang untuk murid TK dan SD atau wayang khusus jenjang SMP dan SMA.

”Ini tentu butuh keterampilan dan kreativitas yang berbeda,” ujarnya.

Selain itu, jeda waktu antara pelajar lulus hingga menjadi dalang profesional juga perlu menjadi pertimbangan dalam kurikulum. Seorang pelajar SMK seni tradisional perlu dibekali kompetensi lain agar bisa digunakan di bangku kuliah atau di lapangan kerja sebelum mereka bisa menggunakan keterampilannya.

Ikut Pelaku Tradisional
Lulusan SMK jurusan pedalangan, misalnya, rata-rata butuh 7-10 tahun sebelum bisa menjadi dalang profesional. Dalam masa itu, calon dalang tersebut biasanya "nyantrik" atau mengikuti dalang lebih senior untuk menambah ilmu dan memperkenalkan diri kepada pasar.

”Untuk mengantisipasi hal itu, semua murid di SMKN 1 Kasihan Bantul juga mendapat pelajaran gitar, batik, dan komputer,” kata Sunardi.

Selain di sekolah, sebagian pelajar SMK seni tradisional juga mengasah keterampilan di sejumlah sanggar. Salah satu pelajar Jurusan Pedalangan SMKN 1 Kasihan Bantul, Aji Purba Saputra (18), misalnya, saat ini mengikuti tiga sanggar pedalangan di Bantul dan Sleman.

”Saya bisa lebih banyak praktik mendalang. Di sekolah hanya pengetahuan dasar,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com