Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olah Masa Depan Semanis Roti "Esemka"

Kompas.com - 12/03/2012, 14:30 WIB
Luki Aulia

Harum roti yang baru keluar dari alat pemanggang tercium di dapur ruang praktik program keahlian tata boga. Roti-roti dalam loyang yang sudah dingin satu per satu dimasukkan ke plastik kemasan berlabel Roti Esemka. Roti aneka rasa bertekstur lembut itu pun siap dipasarkan.

Memanggang minimal 100 roti setiap hari, bagi para siswa, tidak sulit. Siswa memakai oven tiga tingkat dan mikser yang mampu mengaduk tiga kilogram tepung terigu.

Meski sudah dilatih membuat roti sejak kelas X, Pipih Siti Sopiah dan Nur Maulidia (siswi kelas XI program keahlian tata boga) terkadang masih mendapati roti buatan mereka tidak mengembang dengan sempurna. ”Yang deg-degan kalau buat cake. Kalau mengaduknya salah atau terlalu banyak telur, bisa bantat (tidak mengembang),” kata Nur.

Karena itu, setiap siswa harus teliti memahami tahapan dan takaran bahan yang dibutuhkan. Pendampingan guru dan asisten khusus tata boga makin penting ketika siswa dilatih memodifikasi bentuk roti dan mengisi dengan selai cokelat, buah beri, keju, atau pisang.

Asisten operasional jasa boga, Kiki, menilai siswa masih kesulitan membuat roti manis (danish) karena belum menguasai teknik pembentukannya. ”Danish kebanyakan pakai mentega. Kalau membuat secara manual agak susah. Kalau pakai cetakan lebih mudah,” ujarnya.

Selain roti dan kue kering, kata guru tata boga, Ike Rahmawati, siswa juga bisa membuat makanan kecil tradisional, seperti carabikang dan apem mini. Demikian juga aneka minuman mulai es buah dan aneka jus hingga minuman panas seperti bajigur, sekoteng, bahkan Irish coffee.

Karena mempersiapkan tenaga siap pakai, sejak awal siswa dibiasakan memasak jenis makanan ”berat” tradisional dan kontinental untuk memenuhi kebutuhan hotel dan restoran. Menu mulai dari hidangan pembuka (appetizer) seperti salad, hidangan utama (main course) seperti steak, hingga penutup (dessert) seperti puding coklat, susu, atau stroberi, biasa diolah.

Proses sebelum memasak seperti belanja bahan pun diajarkan. Jika bahan yang dibutuhkan tidak ditemukan di Ciamis, terutama bahan masakan kontinental seperti daging impor untuk membuat steak, siswa akan mencari ke pasar atau pusat perbelanjaan yang lebih lengkap di Tasikmalaya. Siswa dilatih untuk efisien dalam penggunaan bahan.

Siswa juga diajari cara menata dan menghidangkan makanan, cara melayani tamu, serta etika di meja makan (table manner). ”Latihannya biasanya di hotel atau restoran yang menjadi mitra sekolah,” kata Kiki.

Standar industri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com