Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Para Penari "Bau Kencur" Mengenal Indonesia....

Kompas.com - 01/07/2013, 13:01 WIB
Latief

Penulis

KOMPAS.com - Dilaksanakan pertama kali sebagai bagian dari Multi-Cultural Week pada 2002, Indonesia Week ini awalnya hanya sekadar kegiatan sederhana kelompok mahasiswa Indonesia untuk memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia ke mahasiswa negara lain. Seiring waktu, kegiatan ini berkembang dengan kegiatan promosi identitas negara yang semakin kompleks.

Seperti saling show off, setiap pekan budaya punya keunikan tersendiri untuk dibanggakan di hadapan para mahasiswa internasional. Tak heran, seperti halnya pekan budaya dari mahasiswa asing lainnya, dari tahun ke tahun Grand Show di Indonesian Week selalu ditunggu, terutama penampilan Tari Saman seperti pada pementasan kolosal "Malin Kundang", yang menutup rangkaian acara Indonesia Week 2013: Indonesia for Everyone di Millenium Hall,
Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Jumat (28/6/2013) lalu.

"Tarian ini jadi ciri khas Indonesia Week dan selalu melibatkan mahasiswa asing sebagai penarinya. Kami tidak mencari penari profesional, tapi merekrut mereka (mahasiswa asing) untuk berlatih. Dengan begitu, mereka yang terlibat itu memahami Indonesia. Jadi, ini bukan soal hasil pertunjukannya, melainkan prosesnya," kata Robertus Dwiputra Darmawan kepada Kompas.com.

M Latief/KOMPAS.com Yuriko, yang ikut menarikan Ronggeng Manis, tarian tradisional Betawi, mengaku senang bisa berpartisipasi di Indonesia Week 2013. Dengan cara itu, murid kelas Bahasa Indonesia ini bisa mengenal lebih jauh tentang Indonesia.
Hal tersebut diamini oleh Elisabeth Patuwo atau biasa dipanggil Lisa, yang bertanggung jawab sebagai pengajar tari tradisional untuk tarian dari daerah Jambi; Tari Rentak Besapih. Ia mengaku, di sinilah mentalnya diuji untuk memahami mahasiswa asing.

"Hal paling menantang dan menarik itu ketika atmosfer latihan menjadi tidak enak. Di sinilah saya harus memutar suasana supaya menjadi menyenangkan dengan berpikir kreatif agar mereka selalu menikmati tarian dan musiknya. Saya berusaha menjalani semua ini sebagai keluarga, menari bersama sebagai sebuah keluarga," ujar Lisa. 

"Walaupun mereka dan saya bukan penari profesional, kami yakin, dengan tetap berpikir positif serta saling percaya satu sama lain sebagai grup, dengan tarian ini kami bisa membuktikan inilah 'Indonesia for Everyone'," tambahnya.

Bau kencur

Tanpa bantuan koreografer profesional, pementasan beberapa tarian daerah yang melibatkan para penari asing pada pementasan kolosal "Malin Kundang" tersebut sukses tanpa cela. Kerja keras selama 9 bulan para mahasiswa Indonesia melibatkan para mahasiswa internasional lainnya di acara ini berbuah hasil cemerlang. 

"Saya enjoy sekali menari. Mungkin karena tariannya dimainkan bersama-sama, sejak latihan sampai tampil di panggung rasanya menyenangkan. Awalnya susah, tapi setelah dua bulan latihan saya bisa mengikuti," kata Yuriko, mahasiswi asal Jepang yang tahun ini duduk di tahun kedua jurusan APS.

M Latief/KOMPAS.com Namun, kekompakan, kesabaran serta ketekunan para mahasiswa Indonesia untuk

Yuriko, yang ikut menarikan Ronggeng Manis, tarian tradisional Betawi, mengaku senang bisa berpartisipasi di Indonesia Week 2013. Dengan cara itu, murid kelas Bahasa Indonesia ini bisa mengenal lebih jauh tentang Indonesia.

"Teman-teman Indonesia baik dan sabar mengajarkan tarian. Saya jadi senang," ujar Yuriko, yang berjanji tahun depan akan ikut menari tarian tradisional Indonesia lainnya di acara tersebut.

Pengalaman Monica tak ubahnya dengan Yuriko. Mahasiswi asal Lithuania yang duduk di tahun kedua di jurusan APS ini mengatakan sangat bangga bisa sukses menari Tari Saman, malam itu.

"Awalnya saya hanya tertarik melihat penampilan Tari Saman pada tahun lalu acara ini digelar. Waktu rekrutmen penari dibuka, saya daftar dan ikut latihan. Mulanya sulit, tapi karena seminggu empat kali latihan, pelan-pelan saya bisa mengikuti. Saya suka tarian ini, karena serempak dan enerjik," ujar Monica.

Monica Elvina Saputra, Ketua Panitia Indonesia Week 2013 mengakui, tanpa melibatkan penari profesional, sebuah pentas kolosal melibatkan ratusan penari "bau kencur" pada pergelaran ini memang bukan pekerjaan enteng. Namun, kekompakan, kesabaran serta ketekunan para mahasiswa Indonesia untuk "mentransfer" ilmu menari menjadi kunci keberhasilan acara ini.

"Ini benar-benar keajaiban. Awalnya saya juga tidak pede. Namun, karena semua teman menyemangati, dan teman-teman internasional yang terlibat juga bersemangat, tidak kata menyerah untuk saya. Kini, semua terbayar sudah. Saya makin cinta Indonesia di sini," ujar mahasiswi akrab disapa Vina ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Terkini Lainnya

    9 Jurusan Kedokteran Kampus Muhammadiyah Akreditasi Unggul
    9 Jurusan Kedokteran Kampus Muhammadiyah Akreditasi Unggul
    Edu
    15 SD di Kota Yogya dengan Nilai ASDP 2025 Tertinggi, Mayoritas Swasta
    15 SD di Kota Yogya dengan Nilai ASDP 2025 Tertinggi, Mayoritas Swasta
    Edu
    Nilai UTBK 2025 Bisa untuk Daftar Jalur Mandiri Unesa, Tanpa Tes dan Bisa Pilih Kelas Internasional
    Nilai UTBK 2025 Bisa untuk Daftar Jalur Mandiri Unesa, Tanpa Tes dan Bisa Pilih Kelas Internasional
    Edu
    Kapan Pendaftaran SPMB SPMB DIY 2025 SMA/SMK? Catat Jadwalnya
    Kapan Pendaftaran SPMB SPMB DIY 2025 SMA/SMK? Catat Jadwalnya
    Edu
    Cara Daftar Sekolah Kedinasan Kemenkub, Kuliah Gratis dan Bisa Jadi CPNS
    Cara Daftar Sekolah Kedinasan Kemenkub, Kuliah Gratis dan Bisa Jadi CPNS
    Edu
    Wamendikdasmen Soroti Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini, Berisiko Brain Rot
    Wamendikdasmen Soroti Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini, Berisiko Brain Rot
    Edu
    15 Sekolah Terbaik di Jakarta, Mayoritas Sekolah Negeri
    15 Sekolah Terbaik di Jakarta, Mayoritas Sekolah Negeri
    Edu
    Membangun Empati Sejak Dini, Kisah Kurban Sekolah Semesta sebagai Laboratorium Sosial
    Membangun Empati Sejak Dini, Kisah Kurban Sekolah Semesta sebagai Laboratorium Sosial
    Edu
    Guru di Jabar Dilarang Beri PR ke Siswa, Dedi Mulyadi Beberkan Alasan
    Guru di Jabar Dilarang Beri PR ke Siswa, Dedi Mulyadi Beberkan Alasan
    Edu
    27 Fakultas Kedokteran PTS Akreditasi Unggul 2025, Referensi Jalur Mandiri
    27 Fakultas Kedokteran PTS Akreditasi Unggul 2025, Referensi Jalur Mandiri
    Edu
    Idul Adha 2025 Bukan Sekadar Kurban, Yasbil Wujudkan Lingkaran Kebaikan lewat Pemberdayaan Generasi Muda
    Idul Adha 2025 Bukan Sekadar Kurban, Yasbil Wujudkan Lingkaran Kebaikan lewat Pemberdayaan Generasi Muda
    Edu
    Kisah 3 Mahasiswa Kedokteran UGM Raih IPK 4, Intip Rahasia Pintarnya
    Kisah 3 Mahasiswa Kedokteran UGM Raih IPK 4, Intip Rahasia Pintarnya
    Edu
    Perkuat Tenaga Kesehatan, Yayasan Binawan dan Poltekkes Kemenkes Denpasar Luncurkan Beasiswa Kerja Eropa
    Perkuat Tenaga Kesehatan, Yayasan Binawan dan Poltekkes Kemenkes Denpasar Luncurkan Beasiswa Kerja Eropa
    Edu
    KIP Kuliah Jalur Mandiri 2025 PTN-PTS Dibuka, Kuliah Gratis sampai Lulus
    KIP Kuliah Jalur Mandiri 2025 PTN-PTS Dibuka, Kuliah Gratis sampai Lulus
    Edu
    51 Jurusan Kedokteran PTN dan PTS Akreditasi Unggul 2025, UI hingga Untar
    51 Jurusan Kedokteran PTN dan PTS Akreditasi Unggul 2025, UI hingga Untar
    Edu
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Komentar di Artikel Lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau