"Seharusnya guru tidak hanya mengajar dan mendidik murid sampai pintar saja, tapi guru juga harus punya karakter dan jiwa mendidik muridnya untuk membantu membentuk karakter anak didiknya," kata Ahok.
Seorang guru, lanjut Ahok, seharusnya bisa mengenal secara detail anak didiknya. Pendekatan detail dan personal tentang anak didiknya itu akan membantu para guru meningkatkan kemampuan anak didik dari berbagai segi.
Pria yang dulu juga pernah mengajar kelas V sekolah dasar semasa jabatannya sebagai Bupati di Bangka ini mengaku selalu berusaha mengenal nama murid satu per satu. Ahok mengaku, ia juga berusaha memperhatikan kebiasaan masing-masing anak didik. Dengan begitu, saat ada raut wajah salah satu anak didiknya berubah tak seperti biasanya dan nilai pelajarannya seketika menurun, ia bisa tahu kalau si anak sedang dalam masalah. Harapannya, dengan mengetahui hal itu, guru dapat mengambil sikap yang tepat pada si anak sekaligus menjalin komunikasi lebih intensif dengan orangtua demi perkembangan anak lebih baik.
Selain lebih mengenal kepribadian dan juga kemampuan masing-masing anak, Ahok juga berharap, para guru mampu bersikap adil demi perkembangan diri anak di masa depan. Artinya, jangan hanya sekadar melihat prestasi akademik yang bagus, si anak bisa naik kelas, tetapi tak ditunjang dengan kepribadian dan karakter diri yang baik. Mau tak mau, guru juga punya tanggung jawab untuk membentuk budi pekerti dan kepribadian anak.
"Keluarga saya salah satu contohnya. Adik perempuan saya waktu sekolah berkelahi dengan temannya dan gurunya memutuskan keduanya untuk tidak naik kelas, padahal nilainya bagus dan ayah saya juga waktu itu penyumbang sekolah cukup besar. Ayah tidak terima, tapi ibu saya menerima hal ini agar bisa jadi pelajaran untuk adik saya. Hasilnya, adik saya kini berubah dan sukses. Ini karena ada peran serta gurunya yang punya sikap dan karakter," kata Ahok.
Ahok mengakui, menjadi seorang guru memang tidak mudah. Namun, tanggung jawab guru kini menjadi lebih besar.
"Tanggung jawabnya bukan hanya terpusat pada sumpah jabatannya untuk mencetak anak-anak pintar saja, tapi guru juga punya tanggung jawab dalam pertumbuhan dan perkembangan bangsa secara keseluruhan," ujar Ahok.
Tuntutan tanggung jawab itu akan semakin besar karena pada 2025 mendatang akan terjadi bonus demografi. Bonus demografi adalah sebuah kondisi ketika penduduk berusia produktif jumlahnya lebih tinggi dibanding dengan penduduk usia muda dan usia lanjut.
"Para pemimpin muda berkarakter akan sangat dibutuhkan 10 tahun mendatang, dan tunas-tunas muda inilah yang harus dipersiapkan dari sekarang, yang akan sangat menentukan nasib bangsa. Kalau guru-gurunya tidak bisa membentuk tunas muda ini dengan baik, bonus demografi bisa jadi bencana demografi. Sebaliknya, kalau dididik dengan tepat, di tahun 2035 Indonesia bisa jadi 7 negara besar di dunia," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.