Dilarang Minder... Itu Kunci Meraih Beasiswa ke Jepang!

Kompas.com - 27/06/2014, 11:33 WIB
Latief

Penulis

KOMPAS.com - Selain tawaran beasiswa dari dalam kampus, calon mahasiswa Indonesia di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Beppu, Jepang, juga punya banyak kesempatan meraih beasiswa lain dari luar kampus itu. Sederet perusahaan asing siap membiayai kuliah para calon mahasiswa di kampus itu. Asalkan tahu trik dan strateginya, beasiswa ini sangat membantu mendukung biayai studi mereka!

Eddy Susanto, mahasiswa semester enam jurusan Asia Pacific Management di Ritsumeikan APU, menuturkan bahwa banyak kesempatan beasiswa diraih para pelajar Indonesia untuk menjadi mahasiswa internasional di kampus tersebut. Asalkan mau, menurut dia, jalan meraih cita-cita terbuka lebar.

"Pertama, cari beasiswa di sini harus seimbang antara prestasi akademik dan non akademik. Kita harus punya pengalaman berorganisasi, banyak bergaul dan bekerjasama dengan orang lain. Bukan cuma pintar di akademik," kata Eddy kepada Kompas.com di kampus Ritsumeikan APU, Beppu, Jepang, Sabtu (21/6/2014) lalu.

Eddy mengatakan, banyak pelajar Indonesia minder lebih dulu sebelum mencoba mengirimkan lamaran. Umumnya mereka beralasan tidak percaya diri melihat syarat atau pertimbangan beasiswa yang memberi porsi besar pada akademik.

"Trik kedua, jangan minder. Percaya diri, bahwa prestasi non akademik harus kuat. Itu yang akan menumbuhkan rasa percaya diri kita," kata Eddy.

Trik ketiga, lanjut alumnus SMKN 2 Surakarta ini, pelamar harus banyak berkonsultasi atau tidak malu mencari informasi ke teman atau orang lain. Ini akan memberi pemahaman baru buat si pelamar, khususnya tentang trik menulis aplikasi beasiswa.

"Keempat, tahu betul maksud dan tujuan berasiswa, apakah beasiswa itu cocok dengan kita dan tujuan kita. Saya dua kali mencoba apply beasiswa dan selalu gagal. Tapi saya tidak pernah menyerah," kata Eddy.

Sampai akhirnya, untuk ketiga kalinya mengirimkan aplikasi, Eddy akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa. Dia meraih beasiswa dari Makita Scholarship Foundation.

"Saya bersyukur. Saya dapat dari Makita itu 100.000 yen per bulan. Saya mendapatkannya sejak tahun kedua lalu," tutur Eddy.

M Latief/KOMPAS.com Beberapa skema beasiswa yang ditawarkan APU meliputi Tuition Reduction atau skema pengurangan beasiswa, mulai pengurangan 30 persen, 50 persen, 65 persen, 80 persen, hingga 100 persen.
Seperti diberitakan sebelumnya, persoalan tak punya uang bukan alasan untuk tidak bisa kuliah ke luar negeri, khususnya ke Jepang. Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Beppu, Jepang, misalnya, masih menawarkan banyak kesempatan beasiswa kepada pelajar Indonesia untuk menjadi mahasiswa internasional di kampus tersebut.

Beberapa skema beasiswa yang ditawarkan APU meliputi Tuition Reduction atau skema pengurangan beasiswa, mulai pengurangan 30 persen, 50 persen, 65 persen, 80 persen, hingga 100 persen. Di luar beasiswa itu, begitu terbuka luas beasiswa yang tersedia dari perusahaan atau instansi di luar APU.

"Umumnya anak-anak Indonesia berhasil sukses mendapatkan skema pengurangan biaya kuliah 65 persen sampai 80 persen, sedangkan skema 100 persen rata-rata hanya 10 persen saja dari jumlah mahasiswa asing," papar Dahlan Nariman, Vice Dean of Admission-Associate Professor Ritsumeikan Asia Pacific University (APU).

"Tergantung hasil score seleksi mereka yang ditentukan oleh, nialai akademik waktu SMA, score kemampuan bahasa inggris, test wawancara dan pencapaian non akademik lainnya," tambahnya.

Tahun ini, jumlah mahasiswa Indonesia di APU mencapai 217 orang dan menduduki posisi keempat dari 5.480 total mahasiswa internasional yang menimba ilmu di perguruan tinggi itu. Berdasarkan data Mei 2014, dengan total 202 mahasiswa tingkat sarjana (S-1) dan 14 mahasiswa pascasarjana (S-2), serta 1 mahasiswa non-gelar, jumlah mahasiswa Indonesia secara berurutan berada di bawah China (572 mahasiswa), Korea (513 mahasiswa), serta Vietnam (336 mahasiswa).

Namun demikian, menurut Dahlan, secara kualitas anak-anak Indonesia tidak kalah dibandingkan para mahasiswa asal ketiga negara di atasnya. Selama 5 tahun terakhir, lanjut dia, kemampuan akademik dan non-akademik anak-anak Indonesia justeru dianggap lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau