Camelia, dan Atmosfer Belanda yang Mengagumkan....

Kompas.com - 04/09/2014, 14:26 WIB
KOMPAS.com - Belanda memang bukan kejutan pertama dalam hidup Camelia Tri Lestari. Tapi, boleh jadi, inilah kejutan yang memberinya banyak pengalaman baru dan berharga, terutama dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang ia tekuni.

Kejutan itu adalah kabar bahwa dirinya lolos seleksi untuk mengikuti StuNed Tailor Made Training (TMT) yang diselenggarakan bersama dengan tempatnya bekerja, Kemitraan. Training yang diikuti bertema “Advanced Program Management for Enhancement of Advocacy Skills in the Areas of Democracy, Law, and Human Rights in Indonesia Institutions” di VU University Amsterdam, Belanda. Camelia berangkat ke Belanda bersama rombongan rekan kerja dan mitra dari kantornya.

"Sangat menggembirakan, karena saya memiliki kesempatan menambah pengetahuan dan pengalaman, khususnya di bidang advokasi, sebagai bagian dari ruang gerak organisasi tempat saya bekerja. Organisasi tempat saya bekerja memiliki fokus  di tata kelola pemerintahan,” ujar Camelia kepada Kompas.com, akhir Agustus lalu.

Camelia menuturkan, pelatihan yang ia ikuti itu bertempat di kampus VU University Amsterdam. Dia sendiri tinggal di sebuah apartemen di Amstelveen.

"Biasanya kami berjalan bersama dalam beberapa kelompok menuju pemberhentian kereta terdekat di Ouderkerkerlaan, lalu berhenti di De Boelelaan. Kampus kami berada tepat di seberangnya, hanya 10 menit," tuturnya.

Dok Camelia Tri Lestari Camelia lolos seleksi StuNed Tailor Made Training (TMT) yang diselenggarakan bersama dengan tempatnya bekerja, Kemitraan. Training yang diikuti bertema “Advanced Program Management for Enhancement of Advocacy Skills in the Areas of Democracy, Law, and Human Rights in Indonesia Institutions” di VU University Amsterdam, Belanda.
Camelia bercerita, pelatihan tersebut dilakukan dengan beragam metode, antara lain tanya jawab individu dan kelompok, diskusi kelompok, presentasi kelompok, bermain peran (role play), dan permainan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Di luar kelas, para fasilitator memberikan tugas-tugas dalam bentuk tertulis.

"Sebagian besar fasilitator itu adalah para pengajar di VU University Amsterdam, dan mereka memberikan materi sesuai dengan keahlian masing-masing," ujar Camelia.

Beberapa praktisi maupun ahli juga diundang untuk memberikan sesi tertentu. Di sini, lanjut Camelia, dirinya merasa bebas mengekspresikan pendapat atau memberikan komentar selama proses belajar. Dia berujar bahwa setiap pendapat pasti akan dihargai.

"Diskusi kelompok menjadi hidup karena sebagai bagian dari organisasi yang sama, kami mempunyai kebutuhan dan tujuan yang kurang lebih sama, sehingga pembahasan dapat segera dicarikan tindak lanjutnya," katanya.

Bikin kagum

CAMELIA menuturkan, dengan suhu udara rata-rata antara 16-20 derajat Celcius, suasana musim panas terasa sejuk, bahkan cukup dingin baginya. Namun, kadang ia dan teman-temannya dapat menikmati panas yang cukup ketika suhu berkisar 23 derajat Celcius.

Dia mengakui, perubahan cuaca yang cepat membuat dirinya harus selalu siap dengan baju hangat dan payung. Beruntung, informasi tentang ramalan cuaca dapat diakses dengan mudah melalui ponsel dan menjadi perhatian segenap warga.

"Saya sempat heran ketika beberapa fasilitator menyebutkan informasi yang sama bahwa dalam hari tertentu akan terjadi hujan. Mereka terkesan siap dengan informasi yang akurat. Ternyata, hujan benar-benar terjadi di hari yang ramalkan," tuturnya.

Camelia mengatakan, dirinya sangat menyukai moda transportasi umum di Belanda, baik itu bis maupun kereta. Alasannya, semua alat transportasi itu punya jadwal tepat waktu, bersih, dan nyaman. Hal itu dipermudah dengan penggunaan kartu chip yang memungkinkan orang bisa bergerak cepat dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain tanpa hambatan.

Dok Camelia Tri Lestari Camelia menuturkan, dengan suhu udara rata-rata antara 16-20 derajat Celcius, suasana musim panas terasa sejuk, bahkan cukup dingin baginya. Namun, kadang ia dan teman-temannya dapat menikmati panas yang cukup ketika suhu berkisar 23 derajat Celcius.
"Terlambat saja satu menit, kita akan ketinggalan bis atau kereta. Waktu terasa sangat bernilai, bahkan dalam hitungan menit,” katanya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau