Dia juga mengaku tidak menemui kendala berarti ketika bepergian. Pasalnya,semua petunjuk arah dan lokasi moda transportasi sangat jelas digambarkan dengan tanda-tanda khusus di jalan. Selain itu, peta dari kota yang dikunjungi dapat ditemui dengan mudah saat sedang berhenti di halte atau pemberhentian kereta.
Tak heran, lanjutnya, tiap akhir pekan Camelia dan teman-temannya menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan ke kota-kota lainnya di Belanda seperti Leiden, Den Haag, Rotterdam, Volendam, Haarlem, Wageningen, Maastricht, Venlo, dan lainnya. Mereka sempat mengunjungi sejumlah museum, antara lain Van Gogh Museum, Rijks Museum, dan Anne Frank House.
"Saat di Rijks Museum saya tertegun melihat koleksi mereka yang begitu lengkap. Saya juga mempunyai kesan bahwa Belanda sangat rapi dalam melakukan pendokumentasian benda-benda museum. Jujur, saya sangat terkesan dengan hal ini," ucap Camelia.
Bahasa
UNTUK berkomunkasi, Camelia menuturkan, dia belajar beberapa ungkapan bahasa Belanda yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, misalnya Goede morgen (Selamat pagi), Goede avond (Selamat siang), Goede middag (Selamat sore), Dank u wel (Terima kasih), dan Doei (Sampai jumpa). Dia mengaku kembali teringat dengan sejumlah kata serapan dalam bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa Belanda, seperti abonemen (abonnement), kap (kap), karcis (kaartje), gratis (gratis), wastafel (wastafel), kulkas (koelkast), handuk (handdoek), dan lainnya.
"Jadi, setiap kali di jalan dan membaca kata-kata tertentu, saya langsung menghafalnya," kata Camelia.
Adapun untuk memperkaya pengetahuan dan melihat bagaimana organisasi di Belanda bekerja, Camelia dan teman-temannya mendapat kesempatan melakukan kunjungan lapangan ke beberapa organisasi. Di sela jadwal yang padat, mereka mengunjungi Amnesty International Netherlands, Both Ends, ProDemos, HIVOS, BIOS, Helsinki Committee, dan Centre for International Legal Cooperation (CILC).
"Banyak inspirasi dan peluang untuk melihat dari dekat pengalaman dan strategi mereka dalam menjalankan program yang berbeda. Itulah yang saya dapatkan di sini," kata Camelia.
Camelia menambahkan, dalam pelatihan tersebut dia dan teman-temannya juga mendapat materi tentang monitoring dan evaluasi yang difasilitasi oleh Management for Development Foundation (MDF). Suasana pun berganti, karena lokasi pelatihan dipindah di Ede. Di sini Camelia tinggal dan belajar di sebuah hotel cantik di pinggiran areal hutan kota.
"Wah, sejuk dan segar rasanya. Setiap pagi, kami bisa jalan-jalan di sekitar hutan sebelum mulai belajar. Kalau sore harinya kami bersepeda ke pusat kota. Bersepeda di negara pesepeda ini memang aman," ucapnya.
Camelia mengatakan, komunikasi dengan para fasilitator dan rekan-rekan barunya di Belanda sangat terbangun dengan baik. Dia mengaku tidak kesulitan untuk dapat berkonsultasi dan meminta bantuan apapun.
"Bahkan, kebutuhan untuk ruang khusus memerah susu bagi rekan perempuan kami yang masih menyusui dapat disampaikan langsung ke mereka. Untuk rekan laki-laki juga dapat melakukan shalat Jumat secara tepat waktu, karena setiap hari Jumat jam istirahat di kelas ini dimajukan," katanya.
Di ujung pelatihan, "oleh-oleh" dari pelatihan tersebut, ilmu yang ia dan teman-temannya dapatkan akan dibagikan dalam bentuk pelatihan kepada para staf lainnya. Selain itu, mereka juga akan menerapkan ilmu tersebut dalam bentuk perbaikan dokumen Prosedur Operasi Standar dan Kode Etik yang telah ada.
Camelia menuturkan, dalam hubungannya dengan keberlanjutan kantor Kemitraan, hasil pelatihan tersebut juga bisa untuk perumusan rekomendasi Strategi Keberlanjutan untuk Kemitraan. Menurutnya, rekomendasi itu akan diajukan ke direktur barunya, yang saat ini memang dalam masa transisi penggantian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.