Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Ada Patung Banteng di Halaman Bursa Efek Indonesia?

"Bagus ya, warnanya hitam," kata Sri Mulyani seusai peresmian ikon baru ini, Minggu, seperti dikutip Tribunnews.com dalam artikelnya tentang peresmian patung ini.

Buat yang belum tahu, ikon baru Bursa Efek Indonesia ini diresmikan berbarengan dengan perayaan ulang tahun ke-40 pasar modal Indonesia itu, Minggu.

Sebelum banyak prasangka, ikon banteng buat bursa saham bukan hanya ada di Indonesia. Jauh-jauh hari, bursa ternama dunia sudah memakainya.

Sebut saja di antaranya adalah Wall Street alias New York Stock Exchange di Amerika Serikat dan Frankfurt Stock Exchange di Jerman.

Di Asia, ikon berupa patung banteng untuk pasar modal juga bisa ditemukan antara lain di area Bursa Hongkong, Bursa Hanoi di Vietnam, dan Bursa Bombay di India.

Di Shenzhen, China, ikon berupa banteng ini malah tak cuma satu. Di bursa tersebut ada patung kepala banteng dan patung banteng yang sedang beradu.

Jenis-jenis bantengnya boleh jadi beda-beda di setiap negara. Belum tentu lah ya ada banteng wulung di Jerman, misalnya.

Ikon dan harapan baik

Nah, mengapa banteng jadi populer buat ikon bursa efek atau pasar modal ini?

Orang-orang ekonomi mungkin memang suka iseng kalau bikin istilah dan simbol. Banteng adalah salah satunya. Istilah yang dipakai dalam perdagangan di lantai bursa pun mengenal kata “bullish”, yang berawal dari “bull” alias banteng dalam bahasa sono.

Atau, meminjam pernyataan Direktur Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio, banteng merupakan simbol pasar keuangan di dunia yang menggambarkan optimisme dan masa depan lebih baik. Tito berharap, kondisi pasar modal Indonesia juga akan mengikuti filosofi banteng dan patungnya ini.

Fosil kayu dan legenda banteng wulung

Berbeda dengan patung-patung banteng lain di bursa dunia yang berbahan logam atau semen, patung banteng wulung di Bursa Efek Indonesia menggunakan bahan fosil kayu. Seniman yang mewujudkannya berasal dari Bali.

Seperti dikutip dari Kontan, proses pemahatan patung ini dilakukan di Bali. Bobot patung ini mencapai 7 ton. Untuk sampai ke Jakarta, patung ini menumpang pesawat Hercules melalui Bandara Halim Perdana Kusuma.

Sang pemahat, Made Budiasa, mengaku membeli bahan patung ini dari penemunya senilai ratusan juta rupiah. Dia mengatakan, seharusnya butuh waktu satu tahun untuk penggarapan “normal” patung semacam itu. Namun, permintaan Bursa Efek Indonesia hanya memberinya waktu tiga bulan.

Budiasa menyebutkan, dia sampai melibatkan 20 orang untuk mengejar tenggat waktu itu. "Akhirnya, bisa kekejar," imbuh Budiasa, seperti dikutip Kontan edisi Jumat (28/7/2017), saat patung tiba di Jakarta.

Nah, sempat ada netizen yang komentar, kenapa tidak elang jawa saja yang jadi ikon bursa? Mungkin netizen ini pakai pertimbangan banteng kurang  berasa Indonesia.

Bagaimana proses pemilihan ikon ini, boleh jadi ada banyak cerita. Namun, banteng wulung juga berasal dari Indonesia, ternyata. Bahkan, ada legenda tentangnya.

Setidaknya, Noni Saptawati pernah menuliskan ulang cerita rakyat banteng wulung ini. Dari tulisan itu, dia memenangi lomba penulisan cerita anak yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Konon, banteng wulung merupakan legenda yang sudah menjadi cerita rakyat di tanah Pasundan. Intinya, banteng wulung merupakan simbol untuk kejayaan.

Wah, jadi panjang juga cerita soal ikon baru Bursa Efek Indonesia ini ya. Buat yang gemar selfie dan butuh lokasi baru, silakan juga lho menyambangi sisi utara Bursa Efek Indonesia untuk bersua dengan patung banteng wulung di sana.

https://edukasi.kompas.com/read/2017/08/14/17082441/mengapa-ada-patung-banteng-di-halaman-bursa-efek-indonesia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke