“Mereka mendirikan permukiman baru di tepi Sungai Tabalong yang setelah berkembang menjadi Kerajaan Tanjung Puri,” tutur Koordinator Nasional Nusantara Mengaji, Jazilul Fawaid, lewat siaran pers-nya, Selasa (22/8/2017).
Dari riwayat yang dia dengar, Jazilul menyebut migrasi orang-orang Melayu itu terjadi pada sekitar abad ke-4 Masehi, yaitu dari wilayah Kerajaan Sriwijaya di Sumatera.
Jazilul menuturkan sejarah lawas tersebut untuk menghidupkan lagi semangat nilai-nilai luhur untuk diterapkan menghadapi tantangan masa kini.
Riwayat itu pun menjadi dasar pemilihan lokasi untuk menggelar kegiatan khataman massal yang sebelumnya juga sudah berlangsung di kota-kota lain di Nusantara.
Menurut Jazilul, rangkaian kegiatan khataman massal di berbagai kota yang terus digelar gerakannya tersebut juga bertujuan menghadirkan ketenangan dalam hidup para peserta.
“Karena dalam Al Quran itu banyak sekali mengandung keutamaan yang dapat menenangkan dan menentramkan hati atau jiwa seseorang,” ujar dia.
Syaratnya, membaca Al Quran harus dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ketenangan dimaksud. Di Tabalong, Kalimantan Selatan, khataman pada Selasa tersebut digelar di Masjid Al-Abrar Islamic Center.
Inisiator Gerakan Nusantara Mengaji, A Muhaimin Iskandar, mengingatkan, cita-cita bangsa harus bersama-sama diwujudkan.
"Cita-cita kita adalah menjadi bangsa yang baik, maju, diberkahi, baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur," sebut Muhaimin dalam acara tersebut.
Muhaimin menambahkan, Al Quran seharusnya tidak hanya menjadi referensi dan panduan hidup tetapi juga dapat menjadi energi perjuangan.
https://edukasi.kompas.com/read/2017/08/22/23110771/jejak-kerajaan-tanjung-puri-ketenangan-dan-energi-perjuangan-