JAKARTA, KOMPAS.com - Penulis muda Norman Erikson Pasaribu dianugerahi gelar Sastrawan Muda Asia Tenggara oleh Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), Senin (11/9/17) di Hotel Sari Pan Pasifik Jakarta.
Penghargaan itu diberikan secara langsung oleh Ketua Mastera sekaligus Kepala Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Dadang Sunendar dalam acara Seminar Antar-bangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) yang berlangsung pada 11-12 September 2017 di Jakarta.
“Suatu hari nanti kami harap ada sastrawan Indonesia yang akan meraih Nobel Sastra,” ujar Dadang.
Selain Norman, anugerah ini juga diberikan kepada penulis Hajah Nur Hamizah binti Haji Samihon (Brunei Darussalam), Nisah Haron (Malaysia), serta Hassan Hasaaree (Singapura).
Norman dipilih sebagai penerima penghargaan setelah melalui tahap penilaian yang dilakukan oleh sejumlah sastawan berpengaruh Indonesia, seperti Sapardi Djoko Damono, Ganjar Harimansyah, Seno Gumira Ajidarma, Agus R Sarjono, serta Erlis Nur Mujiningsih.
Sapardi Djoko Damono dan Seno Gumira Ajidarma kompak menyebut Norman sebagai “salah seorang penulis yang akan memberi warna cerah pada masa depan sastra Indonesia”.
Norman Erikson Pasaribu lahir di Jakarta, 1990. Buku kumpulan cerita pertamanya, Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku harus Menunggu, adalah salah satu dari lima besar Kusala Sastra Khatulistiwa untuk Kategori Prosa pada 2014.
Sementara itu, manuskrip buku puisi pertamanya, Sergius Mencari Bacchus, menjadi pemenang pertama Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2015. Buku puisi ini juga masuk dalam daftar 5 besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2016.
Saat ini, Norman sedang mengikuti program residensi penulis di Vietnam. Oleh sebab itu, sang ayah mewakili dirinya untuk menerima penghargaan tersebut.
https://edukasi.kompas.com/read/2017/09/11/19110061/norman-erikson-pasaribu-raih-penghargaan-sastrawan-muda-asia-tenggara