Waktu sudah lewat pukul 20.00 pada Jumat (26/1/2018) malam. Jonathan tak sendiri, ia bersama lima puluh pelajar SMP dari berbagai wilayah di Jakarta duduk tenang di lantai beralas karpet. Beberapa anak mengajukan pertanyaan pada perempuan itu.
Ya, mengulik kehidupan seseorang dari orang terdekatnya memang menarik. Seperti yang berlangsung pada malam itu di ruang auditorium yang terletak di lantai 3 Museum Basuki Abdullah, Jakarta Selatan.
Salah satu anak pelukis Indonesia Basuki Abdullah, Cecilia Sidhawati Abdullah malam itu datang bersama dua anak perempuannya. Ia berbagi pengalaman hidupnya bersama sang maestro selama 20 tahun.
Usai berkisah, Kepala Museum Basoeki Abdullah, Maeva Salmah, membawakan chocolate cake pada Sidhawati. Semua orang yang berada di ruangan itu pun menyanyikan lagu Happy Birhtday. Lebih dari satu abad yang lalu, tepatnya pada 27 Januari 1915, Basoeki Abdullah dilahirkan.
Jonathan yang tak bisa mengenakan kaos dari panitia karena ukuran yang disediakan tak ada yang sesuai dengan tubuhnya yang bongsor tetap merasa senang. Malam itu, ia mendapat wawasan baru tentang sosok pahlawan yang berprofesi sebagai seniman lukis, tak seperti sosok pahlawan yang biasa digambarkan berlaga di medan tempur.
Ia pun mengaku tak keberatan malam itu menginap di museum. Jonathan yang aktif dalam kegiatan pramuka terbiasa dilatih mandiri.
Meski begitu, ia merasa agak gentar karena melihat sejumlah benda dan pakaian yang terakhir dikenakan Basoeki Abdullah. Pelukis yang sering melukis kepala negara dan tokoh-tokoh dunia itu meninggal pada 5 November 1993. Ia menjadi korban kekerasan dalam perampokan di rumahnya.
“Agak takut tapi senang karena jadi tahu bahwa ada orang yang berjasa, berjuang untuk Indonesia lewat karya lukisnya,” tuturnya bersemangat.
Daviena Putri Anjani, siswi SMP 29 Jakarta Selatan yang juga ikut dalam kegiatan itu mengaku tertarik dengan beragam koleksi museum. Dalam satu kesempatan, sebuah lukisan karya Basoeki dituturkan lewat dongeng. Ia pun tak segan mengajak para pelajar lainnya untuk mengikuti kegiatan serupa.
“Nggak menyeramkan, asyik kok jalan-jalan di museum malam-malam,” ujarnya.
Mengajak anak milenial jalan-jalan ke museum bukanlah hal mustahil. Selama dikemas dengan kegiatan kekinian, kunjungan ke museum tetap jadi aktivitas menarik.
Memang butuh trik khusus untuk bisa menyajikan koleksi masa lalu menjadi menarik. Salah satunya, kegiatan petualangan di malam hari seperti Semalam di Museum Basoeki Abdullah, Jakarta Selatan bisa ditiru.
Kunjungan malam hari ke Museum Basoeki Abdullah yang digelar 26 dan 27 Januari 2018 tersebut melibatkan siswa-siswi SMP se-Jabodetabek. Menurut Maeva Salmah, petualangan para pelajar itu untuk mengenang jasa pelukis Basoeki Abdullah bagi bangsa dan negara.
Dengan adanya kunjungan itu, diharapkan generasi muda dapat meniru sosok Basoeki Abdullah yang disiplin, berani, pembelajar, dan sangat mencintai tanah airnya. Tak cuma itu, semangat menghargai keberagaman juga bisa didapat dengan mengikuti tur museum, dongeng nusantara, serta renungan yang dikemas dengan apik dalam acara Hening Malam.
Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan Bincang Bersama sekretaris pribadi Basoeki Abdullah, Wiwin Winarni, dan salah satu model lukisan Basoeki Abdullah, Dewi Motik.
Dalam laman museumbasoekiabdullah.or.id, museum itu menyimpan koleksi lukisan dan koleksi pribadi pelukis Basoeki Abdullah berupa patung, wayang, senjata, topeng. Saat ini, koleksi museum yang dihibahkan tercatat 123 buah. Sementara, koleksi pribadi milik Basoeki Abdullah, baik barang pribadi maupun benda seni, sejumlah 720 buat dan buku/majalah sekira 3.000 eksemplar.
Ketua Komunitas Jelajah Budaya, Kartum Setiawan, menjelaskan museum menjadi salah satu sumber edukasi bagi masyarakat, selain menjadi tujuan rekreasi. Baik anak-anak maupun dewasa dapat memanfaatkan berbagai fungsi museum.
Oleh karena itu, program edukatif terkait kesadaran berbangsa dan bernegara bisa dilakukan di museum. Seperti, aneka lomba yang terkait dengan kisah heroik para pahlawan nasional.
“Walau pun koleksi masa lalu jika dikemas dengan program kekinian dan tata pamer yang menarik, maka museum akan menjadi pusat perhatian masyarakat,” kata Kartum saat dihubungi pada Jumat (26/1/2018).
Menurut dia, peran keluarga juga penting dalam menumbuhkan minat generasi muda berkunjung ke museum. Akhir pekan bakal tak kalah seru bila keluarga piknik ke museum. Selama kunjungan, orang tua bisa memberi pemahaman terkait koleksi masa lalu.
Nah, keluarga Anda sudah punya agenda jalan-jalan ke museum apa pada libur akhir pekan ini?
https://edukasi.kompas.com/read/2018/01/27/12282681/menginap-semalam-di-museumberani-coba