JAKARTA, KOMPAS.com - Institusi pendidikan tinggi seperti universitas berperan penting membangun sumber daya manusia yang berkualitas, mendorong penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mendukung adaptasi generasi muda dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Oleh karena itu, Universitas Pertamina tak lagi berperan sebagai research university, melainkan entrepreneurial university.
Rektor Universitas Pertamina, Profesor Akhmaloka, mengatakan Indonesia tak bisa hanya mengandalkan kuantitas sumber daya manusia untuk menjadi negara maju. Pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia menjadi bekal utama dalam menghadapi era bonus demografi pada 2045 mendatang.
“Bila hanya mengandalkan kuantitas penduduk usia produktif tanpa dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai akan membuat bonus demografi tersebut menjadi demographic disaster,” katanya saat peringatan Dies Natalis ke-2 Universitas Pertamina di Gedung Pertemuan Wanita Patra, Jakarta, Kamis (1/2/2018).
Menurut dia, perguruan tinggi berbasis entrepreneurship sangat dibutuhkan kehadirannya. Perguruan tinggi entrepreneurial tak sekedar meluluskan sarjana-sarjana secara individual, namun juga organisasi-organisasi baru.
“Seperti inkubator bisnis dan perusahaan startup yang menyediakan produk atau layanan baru,” ujarnya.
Kemitraan
Saat ini, ia melanjutkan, Universitas Pertamina telah bermitra dengan pemerintah, asosiasi profesi, serta sektor industri. Kerja sama dengan industri dijalin dengan PT Pertamina (Persero) dan anak perusahaannya, Halliburton Indonesia, PT Pelita Air Service, Innovasia Training&Consulting, dan PT Tugu Pratama Indonesia.
"Sinergi yang baik antara universitas dengan dunia usaha dan pemerintah merupakan point utama untuk menjadi entrepreneurial university," katanya.
Keterbatasan dana menjadi kendala bagi universitas untuk mengembangkan penelitian. Maka dari itu, universitas mesti berkolaborasi dengan industri dan pemerintah.
"Dengan sinergi triple helix ini, produk pendidikan dan penelitian yang dihasilkan bersama antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah bisa lebih diaplikasikan di dunia industri dan pembuatan kebujakan," ujarnya.
Lulusan yang dihasilkan pun, ia melanjutkan, akan menjadi sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil sesuai kebutuhan dunia industri. Bahkan, sarjana lulusan universitas bisa menjadi inisiator startup company yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan di masa depan.
Kolaborasi tak hanya dijalin dengan institusi dalam negeri. Kerja sama Universitas Pertamina dengan asing seperti program pertukaran pelajar dengan Toyohashi University of Technology di Jepang; IESEG School of Management, Lille Chatolic University di Perancis; dan University of Twente di Belanda.
Tahun lalu, Universitas Pertamina telah mengirim enam mahasiswa ke IESEG, Perancis, untuk belajar selama enam bulan. Rencananya, 15 hingga 20 mahasiswa akan dikirim belajar ke Jepang dan Eropa Barat tahun ini.
Tak berhenti pada program pertukaran pelajar, Universitas Pertamina juga menjalin kerja sama penelitian dengan University Technology Petronas dan University Technology Malaysia pada 2018. Program double degree juga tengah dijajaki dengan sejumlah perguruan tinggi, seperti University of Kanazawa di Jepang, Vilnius Gediminas Technical University di Lituania, dan Sultan Qaboos University di Oman.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/02/01/09110991/tantangan-bonus-demografi-universitas-mesti-lakukan-ini