Di era zaman “now” ini, perempuan justru bisa berkarya dan bahkan membanggakan Tanah Air. Sebut misalnya, Sri Mulyani. Menteri Keuangan RI itu mampu bersinar terang di kancah global.
Penghargaan sebagai Menteri Terbaik Dunia berhasil direnggutnya dalam ajang World Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab, Februari 2018.
Sekadar informasi, ajang World Government Summit rutin digelar setiap tahunnya dan hanya ada satu menteri dari seluruh dunia yang terpilih sebagai Menteri Terbaik.
Prestasi yang ditorehkan Sri Mulyani dapat menjadi contoh bahwa perempuan pun bisa sukses dan menjadi teladan bagi banyak orang.
Pendidikan tinggi
Langkah awal lebih dekat pada kesuksesan tersebut bisa dimulai dari pendidikan. Caranya dengan menuntut ilmu setinggi mungkin serta mau mengasah diri dengan sejumlah soft skills, misalnya kepemimpinan.
Jika berkaca pada data Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi, pada 2017, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi Indonesia adalah sebesar 31,75 persen. Itu artinya masih banyak penduduk Indonesia yang belum mengenyam jenjang perguruan tinggi.
Mungkin saja salah satu penyebab masih rendahnya persentase warga yang menempuh perguruan tinggi adalah keterbatasan biaya.
Hal itu sebagaimana dialami Bening Lestari. Perempuan muda ini ingin melanjutkan kuliah, tetapi tersendat oleh keterbatasan kondisi keuangan.
Namun, kondisi itu tidak membuat Bening patah arang. Ia tetap optimistis dapat meraih kesuksesan dan membahagiakan orang tuanya.
Tekad kuat itu senantiasa dipegang teguh olehnya. Ia telah menggantung cita-cita menjadi seorang perawat andal. Bukan tanpa musabab, semasa belianya, Bening pernah mengalami sakit dan mesti dirawat inap untuk beberapa waktu.
Ketika berhasil sembuh, Bening terpacu untuk membagi kebahagiaan tersebut kepada orang lain. Bagi Bening, bekerja untuk menolong banyak orang adalah ibadah dan amat menyenangkan.
Semangat itu selaras dengan apa yang ditanamkan oleh ayah Bening. Saban hari, sang ayah tekun mengingatkannya jika Tuhan senantiasa bekerja untuk mereka yang selalu berbuat kebaikan.
Meskipun penghasilan ayah dan ibunya tak begitu besar, tetapi ada rasa percaya bahwa Sang Pencipta akan membuka jalan.
Untuk diketahui, ayah Bening sehari-hari bekerja sebagai sopir tangki air dengan pendapatan tak lebih dari Rp 40.000 per harinya.
Sementara itu, ibu Bening membantu saudaranya berjualan di pasar untuk menambah penghasilan keluarga. Penghasilan ibu Bening sekitar Rp 30.000 per harinya.
Adapun Bening memiliki seorang kakak dengan pendidikan terakhir SMK dan saat ini bekerja di sebuah perusahaan jasa bus.
Bening pun mafhum atas kondisi keuangan keluarganya tersebut. Ia tidak ingin menambah beban kakak dan kedua orang tuanya.
Karena itu, Bening memilih proaktif mencari beasiswa agar biaya kuliahnya menjadi ringan.
Salah satu yang diliriknya adalah Fair and Lovely Bintang Beasiswa. Program beasiswa tersebut dikhususkan bagi perempuan lulusan sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah (MA) yang ingin melanjutkan kuliah, namun terhalang keterbatasan biaya.
Adapun Fair and Lovely Bintang Beasiswa kali ini memasuki tahun keduanya, setelah sebelumnya mampu mengantarkan 50 siswi berprestasi melanjutkan mimpi mereka ke jenjang pendidikan tinggi.
Nah, bagi Anda yang ingin mengikuti langkah Bening dalam mewujudkan cita-citanya, pendaftaran Fair and Lovely Bintang Beasiswa 2 ini masih dibuka sampai 31 Maret 2018. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada tautan berikut ini.
Ayo meraih cita-cita dan jadilah perempuan yang mampu menaklukkan dunia!
https://edukasi.kompas.com/read/2018/03/12/09285841/siapa-bilang-perempuan-tak-bisa-merajai-dunia