KOMPAS.com - Cheryl Mulyadi, 12 tahun, terlihat asyik menuliskan beragam kutipan inspiratif pada selembar kertas yang sebelumnya telah ia beri latar bunga dengan teknik cat air.
"Yang menyenangkan adalah setelah melihat hasil kreasi sendiri dan dapat belajar teknik-teknik baru," ujar Cheryl ketika ditanya keasikan dari kegiatannya itu.
Bagi sebagian orang, 'menulis halus' tentu akan langsung mengingatkan pada masa pelajaran SD bertahun-tahun yang lalu. Pelajaran 'menulis halus' dengan menggunakan pena khusus yang harus dicelupkan di tinta kemudian digoreskan pada buku tulis bergaris tiga.
Sebuah pelajaran yang bagi sebagian orang membosankan, atau bahkan menyebalkan, lantaran jenuh menulis kalimat yang sama. Satu halaman penuh!
Namun di tangan generasi milenial seperti Cheryl, kegiatan 'menulis halus' atau kini dipopulerkan dengan kata kaligrafi, menjadi kegiatan yang asyik dan menyenangkan.
Menggabungkan 2 keterampilan
Untuk dapat menghasilkan tulisan indah dengan latar belakang yang cantik, Cheryl mengambil 2 kursus sekaligus; kaligrafi dan melukis cat air.
"Untuk kaligrafi aku hanya mengambil satu kali workshop sedangkan untuk melukis cat air ikut dua kali workshop. Semuanya mengambil teknik dasar. Setelah teknik dasar dikuasai selebihnya aku lihat dari youtube atau internet," jelas siswi kelas 6 SD Bukit Sion Jakarta ini.
Masing-masing kursus biasanya memakan waktu 3 jam, tambahnya.
"Kesulitannya adalah untuk mengontrol tipis tebal tulisan saat menggunakan kuas," ujar Cheryl saat Kompas.com menanyakan tantangan dari hobby-nya ini.
Sedangkan untuk melukis cat air, tantangan terutama dalam mengontrol banyaknya air untuk menghasilkan efek transparan yang berbeda.
Kombinasi antara lukisan cat air dan kaligrafi ini menghasilkan kreasi yang menyenangkan untuk dilihat. Perpaduan kutipan inspiratif serta lukisan cat air menjadi kreasi visual yang seolah memiliki nilai tersendiri dibanding sekadar mencetak dari mesin cetak.
Chreyl kini dengan bangga mengunggah hasil-hasil kreasinya itu melalui akun instagram pribadinya @cheryl_creates. Tidak hanya itu, ia kini memberanikan diri mengajar beberapa untuk memiliki kemampuan dan minat yang sama.
Apakah 'menulis halus' kembali menjadi tren belakangan ini?
Kembali menjadi tren
"Iya beberapa tahun terakhir sedang trend kembali art dengan pembuatan cara manual. Mungkin karena sudah banyak terpapar dunia digital ya jadi orang banyak cari yang manual kembali," jelas Grace Wijaya dari Gracedsign yang membuka workshop untuk kaligrafi dan melukis cat air.
Peserta yang mengikuti workshop di tempatnya datang dari usia 12 tahun hingga 20 tahun.
"Kebanyakan yang ikut workshop di tempat saya mulai dari jenjang SD hingga kuliah. Ibu-ibu muda juga banyak yang mengikuti workshop ini," tambah Grace.
Biasanya, tantangan untuk peserta baru karena peserta belum terlalu banyak latihan lettering atau painting, katanya.
Saya buat ada versi beginner menggunakan brush pen. Dulu awal saya mengajar langsung menggunakan kuas dan cat air namun nampkanya peserta agak kesulitan terutama yang belum pernah pegang kuas, jelas Grace.
Berdasarkan pengalaman pribadi saya coba pelajari sepertinya peserta akan lebih mudah start dari brush pen dulu, tambahnya.
"Kalau untuk digabung saya pernah mengajar 3 jam dengan materi brush lettering goresan dasar dan huruf kecil lalu belajar melukis bunga untuk hiasan di sekelilingnya," lanjutnya.
Karena kelas kursus gabungan kerap panjang waktunya menjadi 4 jam, Grace akhirnya memutuskan untuk memisahkan kelas khusus belajar lettering dan khusus painting dengan biaya kursus berkisar 250 sampai 475 ribu rupiah sekali kursus.
Untuk dasar biasanya peserta akan diajarkan bagaimana menekan brush pen supaya goresan tebal, bagaimana supaya ketika menggambar oval bentuknya bagus serta belajar goresan tebal tipis.
Tidak semudah di youtube
Biasanya kalau sudah memiliki dasar, peserta dapat mengembangkan sendiri dengan mencari sumber dari internet, kata Grace yang juga memiliki akun instagram @gracedsign.
"Kalau langsung belajar dari youtube bisa aja. Saya juga banyak belajar dari sana. Namun kalau belajar di workshop peserta bertemu langsung dengan guru secara langsung. Kalau bingung bisa langsung tanya dan dicari solusinya," kata Grace menjelaskan perbedaan antara belajar melalui internet dan workshop.
Nanti pendamping bisa langsung menganalisa permasalahannya, misalnya cara memegang kurang pas, menekan pennya kurang kuat atau catnya kurang air, dan lainnya. Hal ini yang tidak akan didapat saat kita belajar langsung hanya melihat dari youtube.
"Mereka sekilas lihat sepertinya mudah tapi ketika coba buat ternyata tidak semudah yang dilihat, terutama yang jarang mengikuti cara pembuatan di IG atau youtube," jelas Grace sambil tersenyum.
Memiliki nilai positif
Melalui brush lettering ini peserta belajar untuk lebih sabar dan tenang. 1 huruf digambar dengan perlahan tidak boleh terburu-buru. Tata letak dipikirkan dengan matang supaya terlihat pas, ujar Grace menjelaskan salah satu manfaat kursus ini.
Beda dengan digital yang pembuatannya bisa lebih singkat dan kalau ada kesalahan mudah diedit. Kalau peserta tidak sabar atau tegang hasilnya kemungkinan bisa tidak rapi.
Sebagai pengajar pun Grace menikmati mengajar brush lettering . Ia meyakini peserta nantinya tidak hanya akan belajar menulis indah tapi akan menulis kalimat yang bagus, entah kutipan positif ataupun ayat kitab suci.
Sambil mencari kutipan atau ayat misalnya di internet, mereka akan banyak membaca kalimat positif yang menguatkan mereka, kata Grace. Jadi kita banyak melihat, mengingat, menulis, mengucapkan kalimat positif, secara tidak langsung pikiran kita akan lebih positif, berdampak di kehidupan kita dan orang lain yang melihat karya kita juga akan menjadi positif.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/05/15/09114251/menulis-halus-di-tangan-generasi-milenial