Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nila Tanzil dan Kisahnya Bangun Taman Baca di Indonesia Timur

Nila Tanzil (42) adalah pendiri Taman Baca Pelangi (TBP) yang tersebar di Indonesia Timur. Hingga kini, sudah berdiri sebanyak 81 taman baca.

Kepada Kompas.com, Nila mengisahkan perjuangannya dalam merealisasikan impiannya.

Ia mengatakan, melalui TBP, ada harapan besar akan tumbuh minat baca anak, kebiasaan membaca, dan menyediakan akses buku bacaan berkualitas untuk anak-anak di daerah terpencil di Indonesia bagian timur.

"Sekolah-sekolah tidak punya perpustakaan. Akses buku bacaan sama sekali tidak ada. Akhirnya saya berpikir untuk menyediakan akses buku untuk mereka, supaya mereka jadi suka membaca. Karena saya ingat masa kecil saya itu selalu baca buku tiap pulang sekolah," kata Nila, saat dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Mengapa Indonesia timur?

Menurut dia, di Indonesia timur, akses buku berkualitas bagi anak sangat terbatas. Semangat membaca yang tinggi menjadi tidak berarti jika tidak ada buku yang dibaca.

Dan, TBP pertama pun berdiri pada November 2009 di Flores.

"Anak-anak di sana senang sekali. Begitu hari pertama dibuka, semua anak dateng dan pas ngeliat buku-buku yang ada di rak buku, mata mereka langsung berbinar-binar," ujar wanita lulusan Master of Arts in European Communication Studies dari Universiteit van Amsterdam, Belanda ini.

Kemudian, Nila mendirikan perpustakaan Roe yang saaat itu menyediakan 200 buku cerita anak.

Saat ini, dengan bantuan dari pada donor dan relawan, perpustakaan Roe memiliki lebih dari 2.000 buku.

Bertahun berjalan, kini telah berdiri 82 perpustakaan yang tersebar di 15 pulau di Indonesia timur, antara lain Flores (Pulau Rinca, Pulau Messah, Pulau Komodo, dan pulau-pulau kecil sekitarnya), Sulawesi, Lombok, Sumbawa, Timor, Alor, Banda Neira (Kepulauan Banda, Maluku), Bacan (Halmahera Selatan), dan Papua.

"Kurang lebih ada 1.250-3.000 buku cerita anak di masing-masing perpustakaan. TBP tidak hanya mendirikan perpustakaan ramah anak, namun juga memberikan pelatihan kepada para kepsek, guru, dan pustakawan tentang sistem pengelolaan perpustakaan dan program perpustakaan yang mampu menumbuhkan minat baca anak," ujar Nila.

Buku cerita anak

Semua buku yang ada di perpustakaan adalah buku cerita anak yang berkualitas untuk usia 5-13 tahun.

Tidak ada buku pelajaran.

"Untuk menumbuhkan minat baca anak harus distimulasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan penyediaan buku bacaan yang sesuai menarik, banyak gambar, warna dan ilustrasinya," kata dia.

Setiap sekolah yang memiliki perpustakaan TBP, ada mata pelajaran "Ke Perpustakaan" selama satu jam per kelas setiap minggunya.

Saat mata pelajaran ini, semua anak berada di perpustakaan dan guru kelas mengadakan beragam kegiatan membaca.

Misalnya, membaca lantang, membaca berpasangan, dan lain-lain.

Melalui Taman Bacaan Pelangi, Nila berharap, semua anak di Indonesia mendapatkan akses buku bacaan yang berkualitas.  

"Mereka adalah anak-anal Indonesia yang memiliki hak yang sama, termasuk hak mendapatkan pendidikan yang berkualitas, termasuk akses buku," kata Nila.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/05/17/10320391/nila-tanzil-dan-kisahnya-bangun-taman-baca-di-indonesia-timur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke