KOMPAS.com - Saat ini banyak kita temukan kurang cintanya generasi muda terhadap budaya sendiri. Mereka lebih suka terhadap produk dan budaya dari luar daripada mengakrabkan diri pada budaya lokal dari Sabang sampai Merauke.
Namun semua hal tersebut bukan serta-merta karena ketidakpedulian generasi muda kita. Bisa jadi lebih pada ketidaktahuan.
Disadari atau tidak, orang tua turut berperan dalam munculnya situasi ini. Oleh karena itu orang tua harus berperan aktif dalam memperkenalkan keragaman budaya kita sejak dini seperti dikutip dari Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Masa liburan sekolah dan juga Hari Raya Idul Fitri ini menjadi waktu yang paling tepat untuk mengenalkan anak pada budaya lokal:
1. Mengajarkan anak menggunakan produk lokal
Banyak produk lokal yang kualitasnya tak kalah dengan produk asing. Seperti dari busana, Indonesia memiliki beragam produk yang sangat khas, misalnya batik dan tenun.
Kini produk busana berbahan batik dan tenun telah berkembang pesat. Mampu mengikuti tren dan cocok dikenakan segala usia, termasuk anak-anak.
Begitu juga dengan makanan yang makin terdesak dengan munculnya industri makanan cepat saji. Dengan alasan kepraktisan dan anak menyukainya, kita cenderung memilih makanan cepat saji.
Dampaknya, selain tidak baik bagi kesehatan, makanan cepat saji juga menggerus makanan tradisional. Padahal makanan tradisional lebih sehat, memiliki cita rasa tinggi karena kaya rempah.
Di sini peran orang tua begitu penting agar anak tak hanya mengenal dan terus-menerus mengonsumsi makanan cepat saji. Saat liburan sekolah yang bertepatan dengan libur Lebaran adalah waktu yang tepat mengenalkan dan melestarikan makanan tradisional.
2. Membacakan cerita rakyat nusantara
Mengenalkan budaya nusantara bisa melalui buku-buku cerita rakyat. Apalagi kini buku dapat dengan mudah didapatkan.
Kini buku cerita rakyat dikemas sangat menarik dengan alur cerita yang singkat dan gambar yang lebih imajinatif. Sehingga anak lebih mudah untuk memahami isi cerita dan menyenangkan.
Selain itu, tersedia pula buku elektronik yang dapat diakses melalui smartphone atau gawai.
Dengan kemudahan tersebut, orangtua dapat dengan mudah dalam berperan aktif membacakan dan mendampingi anak membaca buku cerita rakyat nusantara sejak dini. Nilai-nilai karakter positif yang didapat dari buku lebih mengena dengan terjadinya komunikasi antara anak dan orang tua.
3. Mengenalkan anak dengan beragam budaya nusantara
Budaya nusantara yang beragam memang terkesan sulit dipahami anak. Contohnya dalam pelajaran Seni Budaya anak cenderung bosan, sehingga menimbulkan ketidaktertarikan.
Mengenalkan budaya lokal dapat dimulai dari keluarga. Misalnya dengan membiasakan anak menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia yang baik. Budaya zaman sekarang anak cenderung bangga ketika lancar berbahasa asing daripada bahasa nasional dan daerah sendiri.
Bukan berarti tidak boleh belajar bahasa asing. Tetapi, anak seharusnya dibekali cinta pada bahasa daerah dan Indonesia sejak dini. Orang tua berperan penting dalam pembiasaan bahasa di rumah.
Mengenalkan budaya lokal juga bisa dengan cara menonton film bermuatan budaya atau melakukan kegiatan kunjungan ke tempat-tempat budaya, seperti museum budaya nusantara, taman-taman budaya, candi, pameran dan lain-lain. Rasa senang berjalan-jalan membuat anak lebih lebih mudah mempelajari budaya dan kadang itu tanpa mereka sadari.
4. Mengenalkan permainan tradisional
Banyak ragam permaianan tradisional, misalnya congklak, gobaksodor, engklek, egrang, gasing, rangkualu dan masih banyak lagi.
Mengenalkan permainan tradisional membuat anak-anak lebih memahami keanekaragaman budaya nusantara yang ternyata juga berupa permainan. Sambil bermain, dapat diselipkan pengetahuan sejarah dan manfaatnya sehingga anak lebih mencintai budaya nusantara.
Mengenalkan dengan cara menyenangkan dapat memacu generasi milenial yang cerdas teknologi akan tetap mencintai budaya sendiri. Di pundak merekalah masa depan perkembangan dan kelestarian budaya nusantara.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/06/14/22162831/mengakrabkan-anak-dengan-budaya-lokal