BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Bina Nusantara
Salin Artikel

Belajar dari "Drone", Desain Produk Fungsional Itu Tak Hanya "Compact"

Itu dahulu, tetapi kini sudah tidak lagi. Kemajuan teknologi telah membuat media elektronik menggunakan drone berkamera, yaitu pesawat kecil ringan berkamera yang bisa dikendalikan jarak jauh lewat controller khusus atau smartphone.

Di awal kemunculannya, drone untuk kebutuhan sinematografi masih besar dan berat. Kini, seiring kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar, drone pun telah berbentuk ringkas dan berbobot ringan.

Sebut contohnya Mavic Pro. Drone produksi perusahaan China, Dà-Jiang Innovations (DJI), itu menjadi drone yang compact atau ringkas karena hanya berukuran tinggi 83 milimeter (mm), lebar 83 mm, dan panjang 198 mm, dengan berat 734 gram.

Keempat baling-baling beserta tempat penyangga atau kakinya juga bisa dilipat tanpa menyisakan banyak ruang kosong. Ini terjadi karena DJI sudah mendesain bodi drone senada dengan keempat kaki baling-balingnya.

Jadi, ketika keempat kaki drone dilipat, bagian ini akan menjadi satu kesatuan dengan bodi Movic Pro. Alhasil, bentuk drone menjadi ramping dan ringkas sehingga mudah untuk dibawa traveling atau bepergian.

Adapun material bodi dan kaki baling-baling terbuat dari plastik sehingga bobotnya ringan. Sementara itu, di bagian bawah drone terdapat heat sink atau tempat pembuangan udara panas mesin yang terbuat dari perpaduan magnesium dan aluminium sehingga tahan panas.

Baik aluminium plus magnesium maupun plastik adalah bahan ringan dan aman. Artinya, ketika drone mengalami masalah saat terbang, misalnya jatuh atau menabrak makhluk hidup, setidaknya dampaknya bisa diminimalkan.

Keberhasilan DJI dalam menghadirkan produk seperti Mavic Pro tidaklah datang dengan serta-merta. Sejak produk pertama yang dirilis pada 2013 dengan nama Phantom, DJI terus berinovasi sehingga bisa menghasilkan produk seperti itu.

Tentu, dalam inovasi, peran tenaga ahli yang mendesain drone memegang peranan penting atas keberhasilan produk tersebut. Tak hanya drone, hal ini berlaku pula pada keberhasilan inovasi produk-produk di industri lainnya.

Terlebih lagi, mendesain produk di dalam dunia industri merupakan sesuatu yang bersifat holistik. Pertimbangannya bukan hanya estetika atau seni, melainkan juga seperti apakah hasil akhir dari produk yang diinginkan industri dan seperti apa pasarnya.

Hal ini diamini Khristian EN Soebandrija. Salah satu dosen di Program Product Design Engineering Binus ASO ini mengatakan, dalam mendesain produk, berbagai aspek harus dipertimbangkan, seperti engineering atau teknik, material, serta kebutuhan atau selera konsumen.

"Jangan lupa juga, dalam mendesain produk, keuntungan juga harus diperhitungkan. Apakah desain tersebut bisa menghasilkan keuntungan bagi stake holder atau perusahaan yang menjualnya," kata Khristian kepada Kompas.com, Jumat (8/6/2018) di Kampus Binus ASO, Alam Sutera, Tangerang.

Maka dari itu, orang yang berprofesi dalam bidang desain produk tak cukup hanya mengandalkan keahlian seni, tetapi wajib pula membekali diri dengan kemampuan engineering. Ini penting agar desain yang mereka hasilkan tak hanya indah, tetapi juga fungsional.

Dengan begitu, produk yang dihasilkan bisa secara fungsional memberikan solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar masyarakat. Hal ini tak ubahnya Mavic Pro yang membuat drone menjadi alat ringkas sehingga bisa dibawa traveling oleh masyarakat ketika liburan.

Tak hanya drone, masih banyak produk lain bersifat kebutuhan sehari-hari yang merupakan hasil kolaborasi dari ilmu desain dan teknik atau product design engineering (PDE).

Kelenturan tercipta karena material wadah berasal dari perpaduan plastik jenis polypropylene (PP), thermoplastic rubber (TPR), dan polyethylene (PE).

Di bagian bawah tiap-tiap wadah itu terdapat tombol untuk memudahkan penggunanya saat mengeluarkan es. Jadi, tinggal geser tombol sesuai petunjuk arah, maka es batu akan terlepas dari wadahnya.

Kekurangan tenaga ahli

Tentu untuk bisa menghasilkan produk-produk fungsional seperti itu, baik industri maupun perusahaan pada khususnya membutuhkan tenaga ahli yang mumpuni di bidang PDE.

Hal ini pun berlaku pada industri di dalam negeri. Namun sayangnya, Indonesia sendiri kekurangan tenaga ahli yang punya kemampuan di bidang tersebut.

Kondisi ini setidaknya bisa terlihat dari jumlah insinyur yang ada di negeri ini. Kenapa insinyur? Ini karena PDE adalah cabang ilmu yang berasal dari fakultas teknik industri.

Seperti diberitakan Kompas, Rabu (18/5/2016), dari sekitar 800.000 lulusan insinyur di Indonesia, hanya 45 persen yang bekerja sesuai bidangnya. Tak hanya itu, Indonesia pun kekurangan sekitar 10.000 insinyur per tahun.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Universitas Bina Nusantara (Binus) sejak tahun 2014 telah menghadirkan Binus ASO School of Engineering (BASE). BASE adalah program kerja sama antara ASO College, salah satu sekolah robotik terkemuka di Jepang, dan Binus.

Adapun salah satu program atau jurusan yang ada di sekolah tersebut adalah Product Design Engineering (PDE). Melalui program ini, mahasiswa diajarkan untuk punya kemampuan seimbang antara desain dan teknik.

"Untuk membuat anak-anak punya kemampuan seimbang seperti itu, maka setiap semester selalu ada tugas proyek yang disesuaikan dengan kurikulum. Kami juga punya waktu-waktu khusus di kelas yang disebut independence class," kata Head of Program PDE Binus ASO Gatot Suharjanto, Jumat (8/6/2018).

Independence class adalah waktu bebas di kelas yang harus digunakan anak didik dengan bertanggung jawab. Dengan demikian, kata Gatot, mahasiswa diberi kesempatan untuk menggali kemampuannya karena pada saat itulah mereka bisa berdiskusi tentang tugas proyek dengan rekan-rekannya.

Mereka juga bisa saling belajar dengan teman-temannya sehingga masing-masing individu bisa mengetahui apa kekurangannya dan belajar bagaimana caranya untuk memperbaikinya.

Lebih dari itu, menurut Gatot, independence class juga bisa menjadi tempat untuk mengasah kemampuan soft skills mahasiswa dalam hal komunikasi, manajemen waktu, kepemimpinan, saling menghargai, dan bekerja sama.

Tak hanya belajar, mereka pun akan mengunjungi beberapa kawasan industri, seperti Toyota Kyushu atau pabrik Miyata, untuk mempelajari filosofi Lexus dalam menjaga kualitas mobil produksinya.

"Jadi, mahasiswa diberikan pengalaman langsung di luar secara internasional sehingga mereka bisa memahami industri di Jepang yang selalu disiplin," kata Gatot.

Bagi lulusan sekolah menengah atas (SMA) yang ingin kuliah di sana, kampus ini juga punya jalur pendaftaran beasiswa atau scholarship.

Untuk mengikutinya, mereka diharuskan punya nilai rata-rata rapor minimal 75 tiap semester di SMA serta lulus tes masuk Binus ASO yang terdiri dari tes penelusuran bakat dan minat serta TOEFL.

Diharapkan, melalui program Product Design Engineering (PDE) Binus ASO ini, akan lahir tenaga ahli lokal yang andal dalam bidang PDE. Dengan demikian, industri di dalam negeri akan banyak melahirkan produk-produk fungsional yang membuat hidup masyarakat menjadi lebih efisien.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/07/24/09200001/belajar-dari-drone-desain-produk-fungsional-itu-tak-hanya-compact-

Terkini Lainnya

Kemendikti Perbanyak Kuota Beasiswa Doktoral untuk Dosen 2025
Kemendikti Perbanyak Kuota Beasiswa Doktoral untuk Dosen 2025
Edu
Rektor UI Menjamin Anak Dosen dan Tendik Dapat Gratis UKT
Rektor UI Menjamin Anak Dosen dan Tendik Dapat Gratis UKT
Edu
6 Kampus BUMN Buka Pendaftaran Beasiswa 2025, Kuliah Gratis sampai Lulus
6 Kampus BUMN Buka Pendaftaran Beasiswa 2025, Kuliah Gratis sampai Lulus
Edu
Pemkot Depok Kaji Kemungkinan Siswa Masuk Sekolah Pukul 06.00 WIB
Pemkot Depok Kaji Kemungkinan Siswa Masuk Sekolah Pukul 06.00 WIB
Edu
IPB Buat Sekolah Teknik, Bagaimana Nasib Fakultas Teknologi Pertanian?
IPB Buat Sekolah Teknik, Bagaimana Nasib Fakultas Teknologi Pertanian?
Edu
Guru dan Siswa Sekolah Binaan Astra Gaungkan Budaya Indonesia di World Expo 2025 Osaka
Guru dan Siswa Sekolah Binaan Astra Gaungkan Budaya Indonesia di World Expo 2025 Osaka
Edu
Komisi X DPR Minta Sekolah Swasta 3T Jadi Prioritas Pendidikan Gratis
Komisi X DPR Minta Sekolah Swasta 3T Jadi Prioritas Pendidikan Gratis
Edu
Kolaborasi Industri dan Pendidikan Tinggi, PT Anggana Catur Prima Raih Penghargaan IP Trisakti
Kolaborasi Industri dan Pendidikan Tinggi, PT Anggana Catur Prima Raih Penghargaan IP Trisakti
Edu
SPMB Depok 2025 Dibuka Hari Ini, Cek 4 Langkah Mudah Pendaftarannya
SPMB Depok 2025 Dibuka Hari Ini, Cek 4 Langkah Mudah Pendaftarannya
Edu
Tips Nazanine Alifa, Siswi SMA Pribadi Bandung Diterima 27 Universitas Dunia dengan 13 Beasiswa
Tips Nazanine Alifa, Siswi SMA Pribadi Bandung Diterima 27 Universitas Dunia dengan 13 Beasiswa
Edu
Kuliah Gratis sampai Lulus, Cek Daftar PTN-PTS Terima KIP Kuliah 2025
Kuliah Gratis sampai Lulus, Cek Daftar PTN-PTS Terima KIP Kuliah 2025
Edu
Jalur Mandiri Unud 2025 yang Masih Buka, Ini Cara Daftar dan Jadwalnya
Jalur Mandiri Unud 2025 yang Masih Buka, Ini Cara Daftar dan Jadwalnya
Edu
Beasiswa Program Doktor untuk Dosen Indonesia Tahun 2025 Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Beasiswa Program Doktor untuk Dosen Indonesia Tahun 2025 Dibuka, Ini Syarat dan Jadwalnya
Edu
Menteri HAM Dukung Program Siswa Nakal Masuk Barak Militer Diterapkan Nasional
Menteri HAM Dukung Program Siswa Nakal Masuk Barak Militer Diterapkan Nasional
Edu
Ada Paket Insentif Ekonomi, Pakar UGM: Perlu Kebijakan agar Daya Beli Terjaga
Ada Paket Insentif Ekonomi, Pakar UGM: Perlu Kebijakan agar Daya Beli Terjaga
Edu
Bagikan artikel ini melalui
Oke