Salin Artikel

Belajar Praktik Baik Literasi di Kalimantan Utara

KOMPAS.com - Merayakan hari Anak Nasional (HAN), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud dan program kemitraan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia ( INOVASI) kembali menggelar forum diskusi Temu INOVASI di Gedung Kemendikbud, Jakarta (26/7/2018).

Dengan tema “Mendorong Minat Baca Anak Indonesia”, forum ini menghadirkan  guru dan tenaga kependidikan dari Kalimantan Utara, perwakilan pemerintah daerah serta Bunda Baca Provinsi Kalimantan Utara.

Berikut beberapa kisah praktik baik pengembangan literasi di Kalimantan Utara. 

1. Kuleh Lenjau, Guru Kelas 1 SDN 008 Baratan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan

Sekolah ini berada di daerah pedesaan berjarak 45 menit dari Tanjung Selor, Ibukota Kabupate Bulungan. Berdiri di dekat tepi Sungai Kayan, salah satu sungai terbesar. Sinyal telepon seluler tidak sampai ke sekolah ini.

Sejak 1983, Pak Kuleh Lenjau (58 tahun) mengabdi di sekolah ini. Tiga tahun terakhir Ia mengajar di kelas 1. Seperti kebanyakan guru di Kalimantan Utara (Kaltara), Pak Kuleh hanya memiliki latar pendidikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) atau setara SMA saat ini. 

Sebagai guru kelas awal, Pak Kuleh harus menghadapi tantangan rendahnya kemampuan siswa kelas 1 yang bisa membaca. Menurut Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) kemendikbud 2016, kemampuan membaca siswa SD Kaltara berada dua poin dibawah nilai rata-rata nasional.

Selama bertahun-tahun, Pak Kuleh kesulitan mengajarkan keterampilan membaca kepada siswanya. Setidaknya 3-4 siswa tidak naik kelas, karena tidak mampu mengeja huruf sebagai syarat standard naik kelas.

Menurut Pak Kuleh, cara mengajar guru menjadi faktor yang mempengaruhi anak dalam belajar membaca. Selama ini guru hanya menggunakan buku teks dan lebih banyak berceramah. Hal ini membuat siswa cepat bosan dan tidak tertarik untuk belajar membaca.

Pembelajaran tidak menyenangkan, menyebabkan anak-anak jarang turun (turun istilah lokal untuk menunjukkan tidak hadir ke sekolah). Setelah mengikuti berbagai kegiatan INOVASI, Pak Kuleh mulai mengubah cara mengajarnya.

Ia mulai menggunakan media pembelajaran sederhana, dan mengaktifkan anak melalui Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Siswa menjadi lebih senang belajar dan rajin datang ke sekolah.

Keterampilan membaca mereka juga meningkat lebih cepat. Menjelang masa pensiun yang tinggal dua tahun lagi, Pak Kuleh mengaku semakin menikmati mengajar. 

2. Martiana Are, Kepala SDN 006 Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan

Martiana Are adalah kepala sekolah berprestasi. Di tangan perempuan yang rajin senyum ini, SDN 006 Tanjung Selor menjelma menjadi sekolah berprestasi. Awalnya sekolah ini disebut sekolah "kadang ayam", karena tidak digemari banyak orang.

Perlahan sekolah ini berubah. Puncaknya pada tahun 2017, SDN 006 dinobatkan menjadi sekolah Adiwiata Nasional Mandiri. Ia diundang ke Jakarta untuk mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Pada tahun yang sama, Ibu Martiana terpilih menjadi fasilitator program INOVASI. Melalui serangkaian pelatihan, Ibu Martiana mulai mengenal literasi secara lebih operasional.

Sifatnya yang tidak pernah berhenti berinovasi, membuatnya melakukan perubahan di SDN 006 Tanjung Selor. Ia menjadikan sekolah Adiwiata ini menjadi sekolah literasi. 

Menurut Bu Martiana, lingkungan yang indah akan memberikan kenyamanan anak untuk belajar. Namun itu tidak cukup, jika proses pembelajaran tidak bermutu. Bu Martiana mencoba mensinergikan antara lingkungan belajar yang indah dengan kemampuan akademik siswa yang baik.

Tahun 2018 awal, Bu Martiana mulai mengembangkan program literasi di sekolah. Setidaknya ada 8 kegiatan literasi dilakukan sampai sekarang ini.

Tahun 2018 awal, Bu Martiana mulai mengembangkan program literasi di sekolah. Setidaknya ada 8 kegiatan literasi yang beliau lakukan sampai sekarang ini.

3. M. Ismail Ketua Komite SDN 013 Dusun Bulu Perindu Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan

Pak Ismail sehari-hari bekerja sebagai tukang kayu. Ia dan rekan-rekannya mengolah kayu-kayu gelondongan yang sering hanyut di Sungai Kayan, menjadi papan dan produk bangunan lainnya.

Dibalik kesederhanaan, Ismail adalah pemimpin komunitas visioner. Lewat kepemimpinnya, Pak Ismail berhasil mengubah Dusun Buluh Perindu yang tersilosir menjadi pusat pendidikan.

Setahun lalu Dusun Buluh Perindu hanya dusun kecil yang terisolir. Dusun ini terletak persis di tepi Sungai Kayan. Satu-satunya akses ke sana hanya  menggunakan kapal kayu kecil. Jika hari hujan, warga tidak bisa pergi kemana-mana. Begitu juga saat sungai surut, warga kesulitan beraktivitas.

Kesulitan ini juga menimpa siswa dan guru. Karena jalur keluar masuk sangat terbatas.

Bersama Bu Warsiah Kepala SDN 013 Bulu Perindu, Pak Ismail menggerakkan masyarakat membangun jembatan penghubung sepanjang 100 meter.

Tanpa dukungan alat berat dan pengetahuan teknik yang mumpuni, warga Dusun Buluh Perindu berhasil membuka keterisolasian mereka. Jembatan kayu sepanjang 100 meter berhasil menghubungkan Dusun Buluh Perindu dan Tanjung Selor. 

Hal yang unik dari proses pembangunan ini, adalah keterlibatan semua warga. Bapak-bapak dan anak muda mengerjakan pekerjaan fisik, seperti menanam pondasi kayu, memasang kayu, dan lainnya.

Sedangkan Ibu-ibu bergotong royong menyediakan logistik dalam bentuk makan dan minum. Semua biaya ditanggung bersama.

Setelah selesai membangun jembatan, Pak Ismail bersama SDN 013 Bulu Perindu, menginisasi berdirinya Taman Baca Masyarakat (TBM). Mereka memanfaatkan tambangan atau pelabuhan kecil yang dulu dipakai untuk jalur keluar masuk, sebagai tempat anak dan warga membaca.

Mereka ingin anak-anak mereka punya kesempatan membaca lebih lama. Dengan senang dan banyak membaca, kemampuan dan prestasi belajar anak akan meningkat. Usaha Pak Ismail dan komunitasnya merupakan praktik Tri Pusat Pendidikan sesungguhnya.

Mereka berpartisipasi aktif membangun pendidikan di daerahnya. Hasilnya kini anak-anak Bulu Perindu bisa bersekolah setiap hari. Begitu juga guru, tidak ada kendala lagi datang mengajar.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/07/27/15185771/belajar-praktik-baik-literasi-di-kalimantan-utara

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke