Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mendikbud: Problem Pendidikan Saat Ini, Kurangnya Keteladanan!

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menekankan pentingnya keteladanan guru dan tenaga kependidikan (GTK) sebagai syarat suksesnya pendidikan.

Hal ini disampaikan Mendikbud dalam malam Apresiasi Pemilihan GTK Berprestasi dan Berdedikasi Tahun 2018, di Jakarta, Rabu (15/8/2018).

Bagi Mendikbud, seluruh peserta Pemilihan GTK Berprestasi dan Berdedikasi Tahun ini harus siap menjadi teladan, baik bagi rekan sesama profesi, maupun bagi peserta didik.

1. Problem kurang keteladanan

Menurut Muhadjir, problem pendidikan saat ini, disamping terkait materi ataupun metodologi pembelajaran, hal terpenting adalah kurangnya keteladanan.

Ia berharap para guru bersungguh-sungguh menjadi pendidik yang mampu memberikan keteladanan, bukan sekadar menjadi pengajar. Karena ruh pendidikan, baginya, adalah tentang keteladanan.

"Jika guru tidak bisa menjadi teladan, maka hilanglah jati diri keguruannya. Karena itu, keteladanan inilah yang kita dorong. Bagaimana guru tampil sebagai teladan, atau the significant other," tutur Muhadjir seperti dikutip dari laman resmi Kemendikbud.

Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2018 diikuti 908 orang GTK dari 34 provinsi dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri.

Peserta terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan yang merupakan hasil seleksi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, kemudian nasional. 

2. Teladan di garis terdepan

Istiqlal, Kepala Sekolah Indonesia Kinabalu di Malaysia merupakan juara I Kepala Sekolah Berprestasi dan Berdedikasi Satuan Pendidikan Indonesia di Luar Negeri Tahun 2018. Ia mengungkapkan rasa bangga karena bisa ikut berkontribusi menghadirkan negara untuk masyarakat di garis terdepan.

Sekolah Indonesia di Malaysia memiliki 295 CLC (community learning center), tersebar di Tawau, Kota Kinabalu, dan Kuching. Satuan pendidikan ini melayani lebih dari 25 ribu peserta didik yang merupakan anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi buruh kebun sawit.

"Kami ingin anak-anak ini kembali ke Indonesia, ke kampung orang tuanya untuk terus bersekolah. Kemudian kembali lagi, 'angkat' orang tuanya. Hanya pendidikan yang mampu memutus rantai perburuhan," tegasnya.

Dengan keterbatasan tim manajemen, sebagai manajer sekolah Indonesia terbesar di dunia, Istiqlal merasa perlu menghadirkan sistem manajemen mutu yang disebutnya gugus kendali mutu. "Sekolah kami satu-satunya Sekolah Indonesia di Luar Negeri yang mendapatkan ISO 9001:2015 dengan manajemen risiko," jelasnya.

3. Pemenang lomba foto Hardiknas

Kemendikbud juga memberikan penghargaan kepada pemenang Lomba Artikel, Karya Jurnalistik, dan Foto Tingkat Nasional Tahun 2018. Mengusung tema "Menguatkan Pendidikan dan Kebudayaan", lomba yang diadakan dalam rangka memeriahkan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ini menghadirkan 34 orang pemenang yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.

Sebanyak masing-masing 3 orang pemenang artikel/opini guru, artikel/opini umum, dan karya jurnalistik (features) mendapatkan piagam dan hadiah yang diberikan oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi.

Lima belas siswa juga menerima hadiah dan penghargaan yang sama sebagai pemenang lomba foto kategori pelajar. Dan masing-masing 3 orang pemenang untuk kategori guru, umum, dan wartawan. Tahun ini terdapat satu orang juara favorit untuk lomba foto.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/08/16/20172561/mendikbud-problem-pendidikan-saat-ini-kurangnya-keteladanan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke