Salin Artikel

Dubes Selandia Baru: Pendidikan Bukan Hanya Membaca dan Menghafal

KOMPAS.com- Bulan September 2017, Selandia Baru menempati peringkat pertama sebagai dunia dengan pendidikan terbaik menurut Economist Intelligent Unit dalam Worldwide Education for the Future Index.

Tidak main-main, Selandia Baru meraih prestasi tersebut dengan unggul dalam 15 indikator dari 16 indikator yang digunakan. Beberapa indikator dalam pemeringkatan tersebut di antaranya: Kerangka Kurikulum untuk Keterampilan Masa Depan, Efektifitas Sistem Implementasi Kebijakan, Pendidikan Guru, Kolaborasi Universitas dan Industri serta Keragaman Budaya dan Toleransi.

Di sela-sela pertemuan Education New Zealand (ENZ) dan media (28/8/2018), Duta Besar Selandia Baru Trevor Matheson menyampaikan kepada Kompas.com kunci keberhasilan Selandia Baru menjadi barometer pendidikan dunia.

1. Kreatifitas dan Inovasi sebagai kunci

"Kreatifitas dan inovasi menjadi jantung pendidikan di Selandia Baru," jelas Trevor. Menurutnya, tantangan terbesar dunia pendidikan saat ini adalah bagaimana melakukan transformasi sistem pendidikan agar mampu menjawab tantangan abad 21.

"Kebutuhan dunia industri saat ini adalah lulusan berpikir kreatif, out of box, inovatif dan menguasai teknologi," jelasnya. Dunia pendidikan saat ini dituntut lebih tinggi untuk menyiapkan lulusan berkompeten.

"Tidak hanya memiliki literasi IT tetapi juga menguasai kompetensi khusus di bidangnya. Dengan perubahan yang terjadi sangat cepat sekarang ini, bisa dibayangkan 5-10 tahun mendatang bagaimana tuntutan itu akan semakin tinggi," tambah Trevor.

Sistem kurikulum mampu menjawab tantangan masa depan inilah yang menjadi salah satu faktor membuat Selandia Baru meraih predikat pendidikan terbaik di dunia. 

2. Fokus pada pendidikan manusia 

Menurut Trevor, pendidikan di Selandia Baru bukan hanya telah mengantisipasi era industri 4.0 tapi lebih jauh dari itu. "Pendidikan di Selandia Baru selalu mengikuti trend pendidikan dan trend kebutuhan dunia kerja. Karena itulah pendidikan di sana juga menyiapkan kebutuhan masa depan mulai dari kecerdasan buatan, robotik, big data dan lainnya," tambah Trevor.

Namun lebih jauh Trevor menjelaskan pendidikan di Selandia baru tidak hanya menitikberatkan kepada keilmuan namun juga fokus pada pendidikan manusianya. 

"Kecerdasan buatan atau robotik semua akan kembali pada manusia yang akan menciptakan, mengelola atau mengaturnya," jelasny. Untuk itu sistem dan atmosfer pendidikan di Selandia Baru tidak berupaya melahirkan manusia pembelajar yang kreatif dan juga kritis.

"Pola pendidikan tidak hanya membaca dan menghafal. Pendidikan diarahkan agar siswa menjadi manusia pembelajar, mampu bersikap kritis, kreatif dan inovatif," jelas Trevor.

"Siswa tidak dibebani dengan banyak mata pelajaran. Subyek pembelajaran wajib sangat sedikit, sisanya siswa dapat memilih subyek pembelajaran yang menjadi minat dan bakatnya," jelas Karmela. Hal ini membuat siswa sudah memiliki keahlian atau spesialisasi sejak dini. 

Pola pendidikan vokasi ini berkesinambungan saat memasuki jenjang pendidikan tinggi. "Kolaborasi pendidikan tinggi dan industri sangat besar. Dunia industri banyak memberikan permasalahan kongret yang dialami untuk dipecahkan oleh perguruan tinggi," kata Karmela.

Ini membuat mahasiswa telah terbiasa belajar berbagai masalah di dunia kerja sejak dini. Hal ini ditunjang pula dengan kebijakan pemerintah yang mengijinkan dan mendorong mahasiswa untuk melakukan praktek kerja/magang selama 20 jam selama seminggu.

Inti dari pendidikan vokasi inilah yang pada akhirnya membuat pendidikan di Selandia Baru selalu mampu menjawab kebutuhan dunia kerja. 

https://edukasi.kompas.com/read/2018/08/30/21210031/dubes-selandia-baru-pendidikan-bukan-hanya-membaca-dan-menghafal

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke