MALANG, KOMPAS.com - Empat dosen Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang melakukan penelitian terhadap susu kambing yang kemudian diolah menjadi suplemen makanan jelly dan effervescent.
Penelitian ini dilakukan sejak 2016.
Keempat dosen itu adalah Masdiana Cendrakasih Padaga, Ar Rohman Taufiq Hidayat, Ajeng Erika Prihastuti Haskito, dan Kartika Putri Kumalasari.
Susu kambing yang digunakan berasal dari beberapa produsen susu kambing di antaranya Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu dan Valensia Goat Milk.
Dalam proses penelitian yang dilakukan, para dosen ini ingin membuktikan potensi susu kambing untuk mencegah beberapa penyakit seperti hiperkolesterol, diabetes, dan lain-lain.
Namun, yang menjadi tantangan dari susu kambing adalah aromanya yang sebagian besar banyak yang tak suka.
"Banyak orang kurang menerima aroma khas susu kambing. Oleh karena itu, kami mempunyai gagasan bagaimana membuat olahan susu kambing yang memiliki palatabilitas baik di konsumen, namun tetap memperoleh manfaat dari susu kambing," ujar Ajeng Erika saat dihubungi Kompas.com pada Senin (3/9/2018).
Palatabilitas merupakan tingkat kesukaan konsumsi konsumen.
Mereka berinisiatif untuk mengemas suplemen susu kambing menjadi serbuk effervescent dan jelly.
Kedua produk ini aman dikonsumsi untuk usia 2-3 tahun ke atas.
Selanjutnya, produk effervescent dikemas dengan berat 4.000 mg dan dikonsumsi 2 bungkus/hari. Untuk jelly, dikemas 25 gram dan dikonsumsi 1-3 bungkus/hari.
Adapun proses pengolahan susu kambing ini melalui beberapa tahapan.
"Awalnya kami mengolah susu kambing segar, lalu berlanjut ke proses pasteurisasi teknik High Temperature Short Time (HTST), fermentasi dengan penambahan starter yogurt, proses isolasi kasein," ujar Ajeng.
"Kemudian, pengeringan kasein menjadi bentuk serbuk, yang terakhir yaitu penambahan bahan tambahan untuk menjadi tablet dan serbuk effervescent, serta serbuk jelly kasein yogurt susu kambing," tambah dosen Fakultas Kedokteran Hewan ini.
Sementara, untuk nilai kandungan gizi kasein yogurt susu kambing antara lain protein 31,59 persen, lemak 31,87 persen, air 4,98 persen, karbohidrat 28,57 persen, dan total Bakteri Asam Laktat (Bakteri Asam Laktat) 2,2 x 10.000.
Menurut dia, susu kambing lebih dipilih daripada susu sapi karena struktur dan protein immunolgiknya. Asam-asam lemak rantai sedang dan globular lemak juga relatif kecil.
Selain itu, kandungan laktalbumin dan kasein mempunyai struktur yang berbeda dibandingkan susu sapi sehingga relatif tidak menyebabkan reaksi alergi pada konsumen yang sensitif laktalbumin.
"Pada susu sapi mengandung alfa1casein yang berperan sebagai alergen utama sampai 33,7 persen, sementara susu kambing hanya 3,9 persen," ujar Ajeng.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/03/14011901/empat-dosen-unibraw-sebut-susu-kambing-bisa-cegah-sejumlah-penyakit