Salin Artikel

Jelang Hari Aksara Internasional dan Ajakan Majukan Literasi Berbudaya

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berkomitmen dalam penuntasan penduduk buta aksara. Capaian tahun 2017 berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) serta Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud, penduduk Indonesia yang telah berhasil diberaksarakan mencapai 97,93%.

Itu artinya tinggal sekitar 2,07% atau 3.387.035 jiwa (usia 15-59 tahun) yang belum melek aksara.

”Indonesia telah membuktikan keberhasilan dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan untuk Semua (PUS) yang di deklarasikan di Dakar. 23 provinsi sudah berada di bawah angka nasional masyarakat buta aksaranya,” ungkap Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar, di kantor Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Selasa (04/09/2018).

1. Awal Hari Aksara Internasional

Untuk mewujudkan komitmen pemerintah dan mengajak seluruh masyarakat peduli penuntasan buta aksara, Kemendikbud memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) yang digagas UNESCO dalam konferensi para menteri pendidikan tentang Pemberantasan Buta Huruf, di Teheran, Iran, pada tanggal 8-19 September 1965.

”Hari Aksara Internasional telah ditetapkan diperingati tanggal 8 September melalui Konferensi UNESCO tanggal 26 Oktober 1966. Sejak penyelenggaraan HAI pertama tahun 1966, peringatan HAI terus dilakukan setiap tahun sebagai wujud memajukan agenda keaksaraan di tingkat global, regional, dan nasional,” jelas Dirjen Harris Iskandar.

Tema HAI tahun ini yang diusung oleh UNESCO adalah "Literacy and Skills Development”. Kemendikbud menetapkan tema nasional, yakni ”Mengembangkan Keterampilan Literasi yang Berbudaya”

2. Sebelas provinsi masih di atas angka nasional

”Peringatan HAI yang dirayakan seluruh warga dunia merupakan kesempatan bagi pemerintah dan seluruh masyarakat untuk menyoroti peningkatan tingkat melek huruf di dunia, dan merenungkan tantangan keaksaraan yang tersisa di dunia,” tutur Harris.

Angka buta aksara usia 15-59 tahun di Indonesia berdasarkan provinsi masih terdapat 11 provinsi memiliki angka buta huruf di atas angka nasional yaitu Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen).

Sedangkan 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang. ”Disini perlu peran Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk bersama-sama dalam penuntasan buta aksara,” pesan Dirjen Harris

3. Rangkaian Hari Aksara Internasional

”Kemendikbud telah merumuskan upaya penuntasan buta aksara dengan memprioritaskan pada; daerah-daerah ”merah” (kabupaten/kota yang persentase buta aksara di atas 4%); komunitas adat terpencil/khusus; dan daerah tertinggal, terdepan dan terluar (daerah 3T),” jelas Harris.

Peringatan HAI tahun ini secara nasional dipusatkan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, tanggal 6-9 September 2018, dan acara puncak peringatan dilaksanakan 8 September 2018.

Penunjukan Kabupaten Deli Serdang berdasarkan karena kabupaten ini termasuk daerah yang sangat berkomitmen menuntaskan buta aksara di daerahnya, sehingga pada tahun 2015 menerima Anugerah Aksara Tingkat Madya.

Rangkaian acara peringatan HAI akan dimulai dengan Festival Literasi Indonesia, Pameran Pendidikan dan Kebudayaan, simposium pendidikan kesetaraan, temu evaluasi program keaksaraan dan kesetaraan, workshop pengembangan pendidikan keaksaraan pada komunitas adat hingga pemberian anugerah aksara.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/04/23081921/jelang-hari-aksara-internasional-dan-ajakan-majukan-literasi-berbudaya

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke