KOMPAS.com - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo menyampaikan kuliah umum bertajuk “Membangun Masyarakat yang Kondusif Sosial-Politik Menuju 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia” di Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta Pusat pada Kamis (13/9/2018).
Ia memaparkan, saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami transisi politik otoriter ke demokrasi, kultur budaya tradisional ke modern, transisi generasi, serta peralihan lingkungan stratejik internasional.
Lupa membangun daya saing Pancasila
Jika sanggup menyesuaikan diri dengan tantangan zaman dan menjalani transisi secara mulus, Indonesia dapat melesat menjadi salah satu kekuatan, minimal di Asia.Tantangan paling nyata ialah globalisasi yang memungkinkan masuknya sistem nilai dan ideologi asing. Hal tersebut tak sepenuhnya buruk, sebab demokrasi memang mensyaratkan keterbukaan pemikiran.
Masalahnya, lanjut Agus, bangsa Indonesia kerap lupa membangun daya saing Pancasila. “Akibatnya, ketika berhadapan dengan ideologi luar, Pancasila bisa saja kalah bersaing,” ujarnya seperti dilansir dari laman resmi UI.
Selain itu, usia Indonesia tergolong belia dalam berdemokrasi juga menjadi tantangan. Terkait hal ini, ia menambahkan, “Kita belum bisa membangun efektivitas institusi politik, padahal di saat yang sama aspirasi rakyat begitu pesat.”
Menyesuaikan diri dengan tantangan zaman
Menurutnya, harapan terdekat yang dapat dicapai oleh bangsa Indonesia ialah bonus demografi pada tahun 2020-2035. Dengan jumlah usia produktif yang lebih banyak ketimbang usia non produktif, rasio ketergantungan Indonesia lebih baik ketimbang negara-negara maju.
Harapan tersebut bisa diraih asal Indonesia sanggup menyesuaikan diri dengan tantangan zaman, utamanya melalui pendidikan dan modal politik yang bagus.
“Jika partai politik dapat membina sumber daya manusianya, maka bangsa ini punya peluang dipimpin oleh pemimpin berkualitas. Dari sana, kita bisa optimistis soal kebijakan yang bagus, strategi ekonomi-politik-teknologi yang kuat, dan kebijakan lintas sektoral yang memperkuat ketahanan,” katanya.
Mengubah cara pikir tradisional menjadi modern
Jika tidak, negara akan jalan di tempat dan cenderung kalah bersaing dengan negara lain yang terus merangkak naik. Institusi pendidikan memegang peran kunci dalam mengubah cara pikir tradisional menjadi modern.
“Kemungkinan terburuk, kita akan menghadapi tantangan masa depan dengan menyanjung-nyanjung masa lalu saja. Pemerintah didominasi kepentingan, Indonesia hanya menjadi pasar buat negara maju, pendidikan gagal menciptakan daya saing, dan bisa jadi kita mengalami ‘balkanisasi’”, tegasnya.
Kuliah umum Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo disampaikan dalam rangka Dies Natalis ke-2 Sekolah Kaijan Stratejik& Global (SKSG) UI, yang diadakan berbarengan dengan Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL UI). Baik SIL maupun SKSG UI awalnya tergabung dalam Program Pascasarjana Multidisiplin Ilmu. Baru pada tahun 2016, keduanya resmi dibentuk secara definitif.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/15/19521511/kuliah-umum-ui-kita-lupa-membangun-daya-saing-pancasila